<i>Update</i> COVID-19 per 7 Mei: Tokoh Masyarakat Harus Teladani Pencegahan
Juru Bicara Gugus Tugas COVID-19 Achmad Yurianto (YouTube/BNPB)

Bagikan:

JAKARTA - Juru bicara pemerintah untuk penanganan COVID-19, Achmad Yurianto memaparkan perkembangan kasus per Kamis, 7 Mei, pukul 12.00 WIB. Terjadi penambahan kasus konfirmasi positif sebanyak 338 pasien hari ini. Total kasus positif menjadi 12.776 orang. 

Meski begitu, ada kabar baik yang diterima. Jumlah kasus sembuh kian mengungguli kasus meninggal. Ada penambahan sebanyak 61 pasien sembuh, sehingga total menjadi 2.381 pasien. Sementara, pasien meninggal 35 orang, sehingga menjadi 930 pasien.

"Faktor tertinggi yang mengakibatkan pasien meninggal adalah penyakit bawaan hipertensi. Disusul dengan penyakit diabetes, penyakit jantung, dan penyakit paru-paru, baik asma maupun penyakit paru obstruksi menahunn," kata Yuri dalam konferensi pers di Graha BNPB, Jakarta Timur, Kamis, 7 Mei.

Kemudian, penambahan jumlah juga terjadi pada data pasien dalam pengawasan (PDP) dengan total keseluruhan mencapai 28.508 orang. Sedangkan, kasus orang dalam pemantauan (ODP) bertambah menjadi 243.455. 

Uji spesimen cairan liur (swab) atau Polymerase Chain Reaction (PCR) dan tes molekule cepat (TCM) telah dilakukan sebanyak 133.885 kali pemeriksaan. Jumlah kasus yang diperiksa sebanyak 96.717 orang.

Kedisiplinan komunitas

Dalam memutus mata rantai penularan, Yuri memandang perlunya toleransi serta gotong-royong yang terus-menerus di lingkungan masyarakat. Upaya untuk menghentikan COVID-19, harus berbasis pada komunitas.

Upaya pencegahan di lingkungan masyarakat ini, kata Yuri, bisa dilakukan oleh tokoh masyarakat. Tokoh panutan masyarakat di suatu daerah biasanya memiliki sejumlah pengikut yang mengikuti suatu perintah dari tokoh tersebut.

"Contoh, kebijakan PSBB hedaknya dimaknai melalui tokoh panutan yang ada di masyarakat, baik tokoh agama, tokoh adat, dan sebagainya, agar betul-betul dipahami oleh masyarakat," ucap Yuri.

Sementara, tokoh masyarakat dalam lingkup terkecil adalah kepala keluarga. Kepala keluarga bisa mendispilinkan perilaku kesehatan oleh seluruh anggota keluarga dalam satu rumah.

"Pendisiplinan di antaranya adalah membiasakan diri untuk megenakan masker serta mencuci tangan dengan menggunakan sabun dari air yang mengalir. Ini penting ini yang menjadi kunci untuk membunuh merusak dan mematikan virus dari tangan kita," tuturnya.