Banyak Pemudik Nekat, Saatnya Satgas COVID-19 RT di Kampung Halaman Bergerak
ILUSTRASI/PENYEKATAN MUDIK (ANTARA)

Bagikan:

JAKARTA - Pemerintah memprediksi masih ada 17,5 juta masyarakat yang masih nekat melakukan mudik ke kampung halaman pada lebaran tahun ini meski telah dilarang. 

Buktinya, polisi banyak menemukan kendaraan yang keluar kota dengan tidak membawa surat izin keluar masuk (SIKM) sebagai syarat yang diperoleh pelaku perjalanan dengan tujuan nonmudik. Hal ini diamini oleh ahli epidemiologi.

"Melihat kondisi saat ini, memang banyak sekali pemudik yang tetap nekat. Selain sebagian sudah di kampung halamannya, sebagian masih terus bergerak dengan berbagai cara dan jalur," kata epidemiolog dari Griffth University Australia, Dicky Budiman kepada VOI, Jumat, 7 Mei.

  

Oleh sebab itu, cara yang paling penting untuk mencegah potensi lonjakan kasus COVID-19 adalah dengan peran tokoh agama, tokoh masyarakat, pemerintah daerah, media, paguyuban perantau untuk terus menerus menyampaikan informasi bahwa saat ini situasi pandemi Indonesia semakin serius.

"Sosialisasikan bahwa jangan sampai kita menjadi orang yang berperan dalam perburukan pandemi ini. walaupun sudah di kampung halamannya saat ini, tentu harus memahami apa yang harus dilakukan," ujar Dicky.

Tak kalah penting, Satgas COVID-19 di tingkat komunitas terkecil seperti RT atau desa harus mulai bergerak memetakan pemudik yang datang ke daerahnya. Ketika menemukan ada pemudik, Satgas di lingkup RT bisa mendata rumah yang didatangi pemudik. 

"Kalau bisa didata, untuk kepentingan tracing atau penelusuran kontak. Data rumah mana yang kedatangan pemudik. Lalu setiap tiga hari kedatangan dipantau, terutama ada gejala yang mengarah kepada COVID-19 atau tidak," tuturnya.

Kemudian, Sagtas daerah memastikan pemudik melakukan karantina ketika tiba di kampung halaman. Lalu, keluarga atau kerabat yang berada dalam satu rumah diminta untuk memahami risiko penularang COVID-19.

"Bukan masalah ini keluarganya, tapi virus ini tidak melihat hubungan kekerabatan. Artinya, mereka mesti membatasi interaksi, jangan mengadakan acara besar, da  menerapkan protokol kesehatan. Tetap, awalnya pencegahan penularan virus diupayakan dalam lingkup terkecil," ungap Dicky.