Bagikan:

SURABAYA - Semburan lumpur Lapindo belasan tahun silam masih menyisakan luka mendalam bagi masyarakat sekitar. Bencana yang terjadi pada 29 Mei 2006 itu sudah terjadi selama 15 tahun.

Ketua Kecil Bergerak Indonesia, Dandy Glen, mengatakan kendati sudah 15 tahun bencana berlalu, banyak masyarakat sekitar yang dirugikan akibat kejadian itu. 

"Belum cukup dengan silang-sengkarut ganti-rugi tanah, warga masih dibuat babak belur dengan dampaknya terhadap lingkungan," kata Dandy melalui keterangan tertulisnya, Senin, 31 Mei.

Dandy menjelaskan, Dusun Polo Gunting dan Desa Gempol Sari merupakan salah satu wilayah yang terdampak. Warga desa itu harus melewati bertahun-tahun hidup dalam kesengsaraan. Hingga kini, masyarakat desa tersebut hidup dengan aliran air asin tak layak pakai. 

Menurut Dandy, sudah berbagai jalan dilakukan warga untuk menyuarakan persoalan Lapindo, namun tidak pernah ada tindaklanjut. Karena itu, Dandy bersama warga sekitar mengadakan kegiatan bertajuk "Babak Belur di Kota Lumpur". 

Kegiatan itu adalah sebuah 'selebrasi' betapa remuknya warga yang hidup di tengah bencana yang terjadi di kawasan Porong, Sidoarjo. 

Dandy mengatakan warga harus menanggung sendiri dampak praktik ekstraktif tambang. Akibatnya, kehidupan dan masa depan masyarakat setempat penuh ketidakpastian.

"Dalam perayaan selebrasi itu, kita tidak hanya memberikan kritik saja, tapi membuat solusi kecil yang nyata untuk manfaat warga sekitar," ujarnya.

Dandy bersama sejumlah rekannya mempersiapkan bantuan berupa air bersih untuk warga terdampak Lapindo. Setiap pekan, mereka selalu mengirimkan air bersih agar bisa digunakan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. 

"Yang mana suplai air akan kami kirim seminggu sekali di tandon-tandon air yang sudah kami siapkan," katanya.

Semburan lumpur bercampur gas terjadi di area persawahan di Kelurahan Siring, Kecamatan Porong, Sidoarjo, pada 29 Mei 2006 silam. Lokasi semburan berada sekitar 200 meter dari sumur Banjar Panji 1 di Desa Renokenongo.

Meski telah ditutup pasca kebocoran, namun hal tersebut belum sepenuhnya berhasil mengatasi persoalan. Hingga kini masih ada semburan lumpur yang tak kunjung berhenti, meski dengan volume yang lebih kecil.