Menyimak Sudah Sejauh Apa Langkah Indonesia dalam Menanggulangi Wabah COVID-19
Presiden RI, Joko Widodo. (Foto: Setkab)

Bagikan:

JAKARTA - Jumlah orang yang positif COVID-19 di Indonesia per Selasa 5 Mei adalah 12.071 orang. Pasien sembuh sebanyak 2.197 orang, dan yang meninggal 872 orang. Meski jumlah positif COVID-19 di Tanah Air diklaim mengalami penurunan laju penambahan, namun dalam setiap harinya, jumlah pasien positif terus saja bertambah.

COVID-19 menurut pemerintah, pertama kali masuk ke Indonesia pada 2 Maret 2020. Sudah dua bulan berjalan, pemerintah terus berupaya menghentikan penyebaran virus corona atau COVID-19 yang sudah menyebar di seluruh provinsi di Indonesia ini.

Sontak, sektor kesehatan adalah fokus utama pemerintah saat ini. Kementerian Kesehatan menyebut sudah ada sekitar 755 rumah sakit (RS) rujukan untuk menangani pasien COVID-19 yang tersebar di seluruh wilayah di Indonesia. Hingga kini, sudah ada 40.230 dokter spesialis yang menjadi garda terakhir melawan virus ini.

Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kemenkes Oscar Primadi mengatakan, dari total rumah sakit tersebut sebanyak 132 rumah sakit rujukan ditetapkan melalui SK Menteri Kesehatan yakni Kepmenkes nomor 275 tahun 2020 dan 623 rumah sakit ditetapkan melalui SK Gubernur yang ditetapkan per 1 Mei 2020.

Artinya, 755 RS rujukan ini masih dapat berubah dengan tujuan meningkatkan akses pelayanan COVID-19. Sehingga, harus didukung Pemda setempat, SDM, sarana prasarana dan alat kesehatan lainnya.

Dari seluruh rumah sakit rujukan COVID-19 tersebut, terdapat 166.832 total tempat tidur serta 11.002 tempat tidur isolasi.

Sementara itu, kata Oscar, ada 21 rumah sakit yang dimiliki oleh Kementerian Kesehatan, 10 rumah sakit dimiliki oleh kementerian lain, 444 rumah sakit oleh pemerintah daerah, 64 rumah sakit dimiliki oleh TNI Polri, 12 rumah sakit dimiliki oleh BUMN dan 204 rumah sakit dimiliki oleh swasta.

Ilustrasi Rumah Sakit. (Irfan Meidianto/VOI)

Oscar mengungkap, saat ini terdapat 40.320 dokter spesialis di 2.867 RS Rujukan. Sementara untuk tenaga kesehatan lainnya berjumlah 2 juta. Saat ini, juga ada 11 ribu dokter intership di RS rujukan dan puskesmas seluruh provinsi. Sedangkan, jumlah relawan organisasi profesi sebanyak 5.688 orang.

"Per 29 April, total relawan yang sudah ditempatkan 894 orang, terdiri dari organisasi profesi 729 orang, nusantara sehat individu 91 orang, Poltekkes Kemenkes 70 orang, dan Kemendikbud," ucapnya di Jakarta, Selasa 5 Mei.

Terkait penggunaan tempat tidur, lanjut Oscar, per April rata-rata 30 sampai 50 persen terpenuhi karena berkurangnya kasus lain non COVID-19. Selain itu, beberapa RS juga memakai layanan telemedicine untuk berikan layanan pasien dan keluarga.

"Kerja sama dengan start up atau berkenaan telemed udah dilakukan dan pelayanan ini mencakup pelayanan edukasi kesehatan secara jarak jauh, konsul online kesehatan, pemeriksaan kesehatan di rumah dan pelayanan keperawatan, pemeriksaan rapid test di rumah, pemberian obat, mengarahkan pasien yang butuhkan untuk rujukan ke faskes atau RS," jelasnya.

Anggaran Kematian Tenaga Medis

Tenaga medis yang gugur dalam menangani pasien mendapat penghargaan berupa santunan kematian. Hal ini dilakukan pemerintah untuk memberikan semangat kepada para tenaga medis dalam perang melawan COVID-19.

Oscar mengatakan, anggaran santunan kematian tenaga medis yang disiapkan pemerintah sebesar Rp975 miliar. Adapun dari dana yang disiapkan, baru sekitar 1,39 persen yang digunakan.

Kemenkes, lanjut Oscar, juga menyiapkan anggaran bagi RS swasta yang menangani pasien COVID-19. Sejauh ini sudah ada pengajuan dari 60 RS swasta yang mengajukan klaim.

"Perlu kami laporkan di sini, sudah dilakukan klaim-klaim sebanyak total pengajuannya ada 60 rumah sakit untuk 750 pasien. Yang sudah dibayarkan dengan uang muka ada 30 RS. Kemudian rencana pembayaran hari ini dilangsungkan juga dengan 21 RS," tuturnya.

Peran BUMN

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) turut berperan dalam pengadaan obat-obatan untuk pasien virus corona atau COVID-19. Sudah ada tiga jenis obat yang diproduksi oleh perusahaan pelat merah. Sedangkan, untuk vaksin diperkirakan tahun depan Indonesia sudah dapat memproduksinya.

Wakil Menteri BUMN Budi Gunadi Sadikin menjelaskan, tiga jenis obat-obatan yang dipakai untuk perawatan pasien positif COVID-19 tersebut di antaranya antiviral, antibiotik dan juga anti inflamasi. Perusahaan pelat merah yang memproduksinya adalah Indofarma dan Kimia Farma.

"Untuk antiviral kita sudah memproduksi oseltamivir. Memang kita sempat kesulitan bahan baku, karena masih impor dari India dan China tapi kami sempat bekerjasama dengan Garuda mengirim pesawat charter membawa oseltamivir. Sehingga obat itu sudah cukup diproduksi Kimia Farma dan Indofarma," katanya.

Tak hanya itu, Budi berujar, Kimia Farma dan Indofarma juga telah memproduksi chloroquine dan azhitromycin yaitu obat antibiotik dan anti inflamasi dalam jumlah yang cukup banyak. Keduanya, juga sudah siap distribusikan ke seluruh rumah sakit di Indonesia.

Ilustrasi perawat. (Irfan Meidianto/VOI)

Di sisi lain, Budi mengatakan, BUMN juga bekerjasama dengan LBM Eijkman dan lembaga riset perguruan tinggi untuk bisa berpartisipasi baik di tataran lokal maupun internasional. Ia mengatakan, untuk tataran internasional, Bio Farma sudah masuk dalam grup solitaire WHO untuk bisa melakukan clinical trial untuk vaksin COVID-19.

"Kita juga sudah bekerjasama dengan Sinovac perusahaan Bioteknologi dari China yang pertama kali bergerak menghadapi virus COVID-19 juga sudah aktif di organisasi dunia mengenai epidemic inovation yang bergerak di bidang vaksin," jelasnya.

Vaksin COVID-19 Tersedia di 2021

Vaksin COVID-19 diperkirakan baru ada pada awal tahun 2021. Menteri Riset dan Teknologi, Bambang Brodjonegoro mengatakan, penemuan vaksin membutuhkan waktu satu tahun terhitung sejak Maret 2020.

"Untuk waktunya masih sulit diperkirakan meski Eijkman mengatakan satu tahun dari Maret kemarin. Mudah-mudahan awal tahun depan ada kabar baik," katanya.

Bambang berujar, Eijkman Institute juga telah memberikan tiga whole genome sequencing (WGS) atau data terkait genom hasil penelitian mereka kepada Global Initiative on Sharing All Influenza Data (GISAID).

"Ini tiga WGS yang di submit Indonesia ke GISAID yang mengumpulkan data dari seluruh negara di dunia," tuturnya.

Namun, kata Bambang, berdasarkan informasi Kepala Eijkman Prof Amin Soebandrio, tiga genom yang diberikan Indonesia ini berbeda dengan yang ada di dunia. Sejauh ini dari informasi GISAID ada tiga tipe COVID-19 di dunia yakni S, G, dan V. Di luar, tiga tipe itu ada tipe lain yang belum teridentifikasi.

"Dan ternyata 3 WGS yang dikrim Indonesia termasuk kategori lainnya," jelasnya.

Bambang menegaskan, Indonesia akan terus mengirimkan genom yang ada untuk diteliti GISAID. Langkah ini adalah awal menemukan vaksin. Pertama adalah dengan membuat protein rekombinan dari WGS ini untuk selanjutnya diujicoba pada hewan.

"Lalu uji klinis pada manusia dan dicoba pada skala produksi, harapannya kita bisa produksi vaksin," tuturnya.

Menurut Bambang, untuk mempercepat penemuan vaksin ini, perlu dorongan kerja sama dengan pihak luar. Sehingga vaksin bisa lebih cepat ditemukan dan bisa langsung efektif untuk virus yang beredar di Indonesia.