COVID-19 Jauh dari Usai, Jokowi Ajak Negara Gerakan Nonblok Gerak Cepat
Presiden saat mengikuti secara virtual dari Istana Kepresidenan Bogor, Provinsi Jawa Barat, Senin (4/5). (Foto: BPMI)

Bagikan:

JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengikuti Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Gerakan Nonblok (GNB) khusus membahas penanganan COVID-19 dari Istana Kepresidenan Bogor, Provinsi Jawa Barat, Senin 4 Mei malam. 

KTT GNB tahun 2020 ini diselenggarakan di Baku, Azerbaijan. Acara diawali oleh sambutan pembukaan Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev selaku Ketua GNB tahun ini pada pukul 18.00 WIB atau pukul 15.00 waktu Azerbaijan. 

KTT GNB kali ini adalah bertema “Bersatu Melawan COVID-19”. Jokowi pun mengajak para kepala negara dan kepala pemerintahan negara Gerakan Nonblok (GNB) untuk bersatu melawan COVID-19.

“59 tahun lalu GNB didirikan untuk melawan “musuh bersama” imperialisme dan neokolonalisme. Saat ini “musuh bersama” kita adalah COVID-19,” kata Jokowi dalam KTT yang diselenggarakan khusus dalam rangka penanganan COVID-19 di negara-negara anggota GNB.

Menurut Presiden, pandemi ini masih jauh dari usai. Oleh sebab itu Presiden mengajak negara-negara GNB untuk bergerak cepat, cermat dan strategis. Presiden juga menyampaikan tiga hal penting yang perlu diprioritaskan negara GNB. 

“Pertama, perkuat solidaritas politik antar kita, karena hanya dengan bekerja sama, kita dapat memenangkan peperangan ini,” ujar Presiden.

Jokowi juga mengajak negara anggota GNB fokuskan energi dan waktu sepenuhnya untuk menghadapi tantangan COVID-19 ini. “Kedua, terjemahkan solidaritas politik ini jadi kerja sama yang konkret. Kita harus berjuang untuk mendapatkan akses yang berkeadilan dan tepat waktu terhadap obat-obatan dan vaksin COVID-19 degan harga yang terjangkau,” kata Presiden. 

Lebih lanjut, Presiden juga menekankan agar rezim paten dan hak kekayaan intelektual terkait obat dan vaksin dapat diterapkan secara fleksibel demi kemanusiaan. Selain itu, Presiden juga mengajak untuk perkuat kerja sama dalam pemulihan rantai pasokan global untuk perdagangan produk kesehatan dan kebutuhan pangan. 

“Ketiga, penguatan kemitraan global bagi negara berkembang. Kita perlu suarakan dan perjuangkan komitmen bantuan pembangunan dan kemanusiaan, keringanan utang, maupun kewajiban pembayaran utang dari official creditors dapat dialihkan untuk pembiayaan penanganan COVID-19,” ungkap Presiden. 

Presiden menambahkan, komitmen G-20 untuk penangguhan pembayaran utang bagi negara berpendapatan rendah perlu diimplementasikan. Di akhir sambutannya, Presiden kembali menegaskan bahwa multilateralisme harus tetap menjadi landasan kerja sama internasional. 

“Ke depan, negara berkembang harus berjuang untuk memperbaiki tata kelola kesehatan global agar kita lebih siap menanganani pandemi di masa depan,” ucap Presiden.

Adapun KTT GNB tahun ini bertepatan dengan momentum Peringatan 65 Tahun Dasasila Bandung pada tahun 2020 dan Perayaan 60 Tahun berdirinya GNB pada tahun 2021. 

Hadir kepala negara dalam KTT tersebut berurutan menurut abjad yaitu Presiden Azerbaijan selaku Ketua GNB Ilham Aliyev, Presiden Sidang Umum PBB ke-74 Tijjani Muhammed Bande, Dirjen WHO Tedros Adhanom, Ketua Komisi Uni Afrika Mousa Faki Mahamat, Presiden Afghanistan Ashraf Gani, Presiden Algeria Abdelmadjid Tebboune.

Kemudian, Presiden Kuba Miguel Diaz Canel, Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi, Presiden Indonesia Joko Widodo, Presiden Iran Hassan Rouhani, Presiden Mauritius Mohamed Ould Ghazouani, Presiden Nicaragua Daniel Ortega. Hadir pula Presiden Nigeria Muhammadu Buhari, Presiden Pakistan Arif Alvi, Presiden Palestina Mahmoud Abbas.

Selanjutnya Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa, Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa, Kepala Dewan Kedaulatan Sudan Abdel Fattah Abdelrahman Burhan, Presiden Togo Faure Essozimna Gnassingbe, Presiden Turkmenistan Gurbanguly Berdimuhamedow, Presiden Venezuela Nicolas Maduro, Presiden Zimbabwe Emmerson Mnangagwa, dan Wakil Presiden Namibia Nangolo Mbumba. 

Adapun kepala pemerintahan yang hadir yaitu Perdana Menteri Belarusia Syarhey Rumas, Perdana Menteri Etiopia Abiy Ahmed, Perdana Menteri India Narendra Modi, Perdana Menteri Malaysia Muhyidin Yassin, Perdana Menteri Nepal Khadga Prasad Sharma Oil, Perdana Menteri Vietnam Nguyen Xuan Phuc, dan Wakil Perdana Menteri Bahrain Mohammed bin Mubarak Al Khalifa.