Bagikan:

JAKARTA - Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan (BPPK) Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Siswo Pramono mengungkapkan peran Indonesia dalam perkembangan Geostrategi. Utamanya di Asia Tenggara atau ASEAN sebagai lingkungan inti.

"Peran kita disana tinggi sekali. Pertama, Indonesia adalah negara terbesar di Asia Tenggara. Kalau kita berbicara sejarahnya mulai dari Majapahit, Sriwijaya itu pengaruhnya besar untuk kawasan Asia tenggara," ujar Siswo Pramono dalam opening speech diskusi Eksplorasi potensi keunggulan Indonesia dalam pemetaan Geostratejik Kawasan dan Lintas Kawasan secara daring, Senin, 24 Mei.

Menurutnya, posisi ini akan memberikan nuansa atau naluri Indonesia untuk selalu berperan aktif memimpin atau leadership dikawasan Asia tenggara.

"Kita melihat bahwa ketika kita habis merdeka, leadership itu sudah kita ambil walaupun baru 100-200 miliar US dolar, kecil sekali tapi kita sudah leadership untuk di era dekolonisasi," ungkapnya.

Kemudian, pada Konferensi Asia Afrika di Bandung saat itu Indonesia sudah memimpin 'Seascape' dimana sangat penting keterlibatan Tanah Air dalam lahirnya negara kepulauan sebagai bagian dari konsep NKRI. 

"Gerakan non blok menunjukkan leadership kita dimasa perang dingin utara-selatan, berbagai perundingan itu peran negara kita besar sekali. Saat ini GDP (Cross Domestic Product) kita sudah diatas 1 triliun US dolar. Tentu peran kita lebih diharapkan lagi, karena sudah 2 kali lebih besar dari Australia dan Korsel mendekati Jepang," jelas Siswo.

Kemudian, Indonesia juga akan menjadi ketua G20 untuk tahun depan. Posisi ini sangat strategis karena Indonesia termasuk negara dengan pertumbuhan cepat atau fast grower dan constant climber. 

"Jadi kemarin G20 itu, kita lihat peringkat kita naik dan tidak pernah turun. Ada dua negara, Indonesia dan turki, lainnya turun naik. Kalau kita naik terus," bebernya.

Secara undang-undang, Indonesia melihat ASEAN seperti soko guru kebijakan luar negeri nasional. Tapi tingkat dunia, justru Indonesia sudah dilihat sebagai soko gurunya ASEAN itu sendiri. 

"Kita mengambil leadership tidak lagi di belakang dan mendorong, tetapi sudah dianggap sebagai 'Ing Madyo mangun Karso'. Ini satu perkembangan strategis yang sangat penting dikawasan kita ini," kata Siswo. 

Dia melanjutkan, dalam konsep Lemhanas, sejak awal ketahanan nasional sudah diadopsi oleh ASEAN menjadi pendekatan ketahanan regional yang berbasis nasional. Bahkan kata dia, ada dokumen dimana ASEAN mengadopsi itu.

"Artinya indeks pembangunan manusia (IPM) kita semua negara Asean termasuk Laos Kamboja dan Myanmar itu mengalami kenaikan yang bagus. Ini ada datanya sehingga IPM kita naik di Asia Tenggara, kemudian menunjukkan kekokohan 8 negara Asia tenggara ini mengalami perbaikan ketahanan nasional. Artinya ketahanan regional di ASEAN sudah berhasil diwujudkan," jelasnya.

Siswo menuturkan, bahwa hal tersebut menunjukkan perkembangan yang sangat strategis. ASEAN telah menjadi bagian dari global value chain atau rantai nilai.

"Banyak investasi perginya enggak jauh jauh, dia pergi ke kawasan Asia Tenggara. Kemudian ASEAN sudah berkembang menjadi single production base untuk pasar dunia contohnya Toyota. Toyota itu produksinya sebagian dibikin di Filipina, sebagian di Malaysia, sebagian di Thailand, kemudian di assembling di Indonesia dan dipasarkan ke Afrika, Amerika Latin, dsb," kata Siswo.

Hal itu, sambungnya, menjadi satu contoh kecil dimana negara Asia Tenggara yang dulu terkoyak perang dingin, saat ini telah mempunyai ketahanan nasional yang besar dan cukup kuat. Juga telah menjadi bagian global value chain dunia untuk produksi global dan lebih penting berkembang menjadi single production base yang cukup strategis. 

"Ini pijakan pertama bagi Indonesia yang sangat penting dan kembali Indonesia akan menjadi ketua G20 tahun depan dan ketua Asean 2023. Saya kira akan ada aspek strategi luar biasa disini," demikian Siswo.