Bagikan:

JAKARTA - Penutupan wilayah atau lockdown jadi opsi utama Belgia dalam menahan laju penyebaran COVID-19. Hasilnya cukup signifikan. Kini, Belgia dapat melewati puncak kritis seiring dengan berkurangnya jumlah pasien yang dilarikan ke rumah sakit.

Biasanya, rumah sakit di Belgia menerima pasien harian sebanyak 600 kasus. Akhirnya, jumlah tersebut mulai mengalami penurunan pasien harian menjadi 127 kasus saja, yang tercatat pada Minggu, 26 April.

Melansir Reuters, penurunan jumlah kasus merupakan sebuah tanda menggembirakan bagi Belgia. Bagaimana tidak, penerimaan pasien harian pun mulai memasuk level terendah sejak 18 Maret. Bahkan, jika dikalkulasi, jumlah kasus baru COVID-19 pun ikut-ikutan menurun pada angka 553 per bulannya.

Penurunan tersebut, selain karena sebagian efek dari akhir pekan, adalah karena sigapnya Belgia yang melakukan antisipasi awal penyebaran COVID-19 dengan lockdown. Alhasil, restoran, kafe, toko nonmakanan, pusat kebugaran dan sekolah telah ditutup oleh empunya kebijakan.

Atas dasar itu, pemerintah mulai menguraikan rencana baru yang memungkinkan pelonggaran kebijakan lockdown secara bertahap mulai 4 Mei. Pelonggaran disertai serangkaian rencana fase pembukaan kembali lockdown yang merujuk pada status perkembangan COVID-19.

Hal itu diungkap langsung oleh Juru bicara COVID-19 yang juga ahli virologi dari Belgia, Steven van Gucht. Dirinya pun turut berpesan dalam konferensi pers pada hari Senin lalu, terkait bagaimana masyarakat harus bersikap melawan penyebaran virus dari Wuhan.

Salah satunya ialah dengan menyarankan warga Belgia tetap harus tinggal di rumah sebisa mungkin. "Sekarang ini COVID-19 hampir di bawah kendali, langkah-langkah seperti physical distancing dan selalu memakai masker harus tetap dilakukan selama berminggu-minggu mendatang,” ucap Steven.

Sementara itu, sejauh ini Belgia telah mengonfirmasi 46.687 kasus penularan COVID-19. Di antara itu, terdapat 7.207 kasus meninggal dunia.