Bagikan:

JAKARTA - Pencabutan kebijakan ketat COVID-19 sejak awal pandemi oleh Pemerintah China, menyebabkan lonjakan kasus infeksi dan kematian di negara itu, meski gelombang puncak wabah dikatakan telah dilalui Tiongkok.

Kasus COVID-19 yang sakit kritis di China turun 72 persen dari puncaknya awal bulan ini sementara kematian harian di antara pasien COVID-19 di rumah sakit telah turun 79 persen dari puncaknya, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) China mengatakan pada Hari Rabu.

Angka-angka tersebut, yang dipublikasikan di situs web, muncul setelah seorang ilmuwan pemerintah terkemuka mengatakan pada akhir pekan, sekitar 80 persen dari 1,4 miliar populasi China telah terinfeksi, membuat kemungkinan besar COVID-19 meningkat kembali selama dua atau tiga bulan ke depan.

Sementara para pejabat mengatakan infeksi telah mencapai puncaknya, beberapa ahli global telah memperingatkan tentang kemungkinan lonjakan kasus di daerah pedesaan yang kurang siap menghadapinya, karena jutaan orang China melakukan perjalanan pulang untuk reuni keluarga selama liburan Tahun Baru Imlek yang sedang berlangsung.

"Jumlah pasien yang sakit kritis di China memuncak pada 4 Januari dengan 128.000 kasus dan turun menjadi 36.000 kasus pada 23 Januari," sebut CDC seperti melansir Reuters 25 Januari.

"Sementara itu, jumlah kematian di rumah sakit mencapai puncak harian 4.273 pada 4 Januari dan turun menjadi 896 pada 23 Januari. Kunjungan ke klinik demam turun 96,2 persen, dari puncak 2,867 juta pada 22 Desember menjadi 110.000 pada 11 Januari. 23," sambung CDC.

"Pada 22 Desember 2022, jumlah orang yang terinfeksi dan jumlah konsultasi rawat jalan demam mencapai puncaknya, dengan jumlah infeksi baru "melebihi 7 juta per hari dan jumlah konsultasi rawat jalan demam harian memuncak pada 2.867 juta," tandas CDC.

Data tersebut mengikuti komentar dari seorang pejabat di Komisi Kesehatan Nasional, yang pekan lalu mengatakan China telah melewati puncak pasien COVID di klinik demam, ruang gawat darurat dan dalam kondisi kritis.

Pada 12 Januari, pihak berwenang mengumumkan bahwa hampir 60.000 orang dengan COVID telah meninggal di rumah sakit sejak China mencabut kebijakan nol-COVID yang ketat.

Tetapi, beberapa ahli mengatakan bahwa angka itu mungkin jauh dari perhitungan dampak penuh, karena tidak termasuk mereka yang meninggal di rumah dan karena banyak dokter mengatakan mereka tidak disarankan untuk menyebut COVID sebagai penyebab kematian.