Bagikan:

JAKARTA - Polemik tes wawasan kebangsaan (TWK) dalam peralihan status menjadi aparatur sipil negara (ASN) pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) masih panas.

Banyak yang menyangsikan bahwa tes tersebut sebagai upaya menjegal pegawai tertentu. Termasuk salah satu penyidik senior KPK, Novel Baswedan

Pakar komunikasi, Emrus Sihombing menilai, pegawai yang tidak lulus asesmen seharusnya introspeksi diri, ketimbang memunculkan isu yang membuat gaduh di masyarakat. Sebab menurutnya, materi TWK sudah objektif, valid, dan reliabel. 

Dikatakannya, pendapat itu didasarkan pada kenyataan bahwa sebanyak 1.274 pegawai KPK dinyatakan lulus dan hanya 75 orang yang tidak lolos.

"Jauh lebih banyak yang lulus daripada yang tidak lulus. Artinya, materi tes sudah objektif, valid dan reliabel," ujar Emrus di Jakarta, Senin, 10 Mei.

Dosen Universitas Pelita Harapan (UPH) itu menuturkan, saat ini sebanyak 1.274 pegawai KPK yang lulus terkesan hanya diam. Sementara 75 pegawai yang dinyatakan tidak memenuhi syarat seperti sedang mempermasalahkan materi tes ke publik.

Karena itu, menurut dia, idealnya pegawai yang tidak lulus menginstropeksi diri dibanding menyalahkan orang lain. Bahkan, mempertanyakan pertanyaan dalam tes.

"Karena itulah yang tidak lolos segera mengintrospeksi dirinya, mengapa dirinya tidak lulus, yang berada pada bagian sangat terkecil dari keseluruhan peserta,” kata Emrus.

Emrus meminta, pihak yang terlibat melihat secara utuh dan sungguh-sungguh keseluruhan semua paket pertanyaan soal.

"Bukankah di dalam ada paket kuesioner tentang integritas? Jika ada paket pertanyaan terkait dengan integritas, maka mereka yang tidak lulus, justru tingkat integritasnya masih perlu dipertanyakan," pungkasnya