Heboh Ketum PBNU Said Aqil Sebut China Bukan Komunis Melainkan Arab Saudi, Benarkah?
Ketua PBNU Said Aqil Siradj yang juga Komisaris Utama KAI. (Foto: Dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Akun Facebook John Pribumi mengunggah sebuah gambar dengan wajah Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Said Aqil Siradj. 

Dalam narasinya, akun tersebut memberikan keterangan 'Said Aqil: Negara China Bukan Negara Komunis, Yang Komunis Itu Justru Arab?. Apakah Orang2 yg fanatik terhadap NU masih belum sadar, jika junjungannya semakin Ambyarrr???

Dilansir dari situs turnbackhoaks.co.id, informasi ini merupakan hoaks lama yang beredar kembali dan berasal dari situs  berdomain Blogspot. Bukan merupakan media kredibel.

Pernyataan Said Aqil yang menyebutkan China bukan negara komunis melainkan Arab Saudi adalah klaim palsu. Sumber klaim berasal dari situs Blog Embarxi (embarxi.blogspot[dot]com) yang terbit pada 23 Juli 2019.

"Dilansir dari Tempo, Blog Embarxi memang pernah memuat artikel dengan judul 'Said Aqil:Negara China Bukan Negara Komunis, Yang Komunis Itu Justru Arab?'. Namun, berdasarkan penelusuran Tempo di mesin pencarian Google, tidak ditemukan berita dari media kredibel yang memuat pernyataan Said Aqil mengenai klaim yang ada pada judul tersebut.

"Blog Embarxi bukanlah situs media yang kredibel karena hanya mengambil konten dari situs media lain tanpa menyebutkan sumbernya. Selain itu, blog tersebut tidak mencantumkan penanggung jawab dan alamat perusahaan," tulis turnbackhoaks. 

Berdasarkan penelusuran itu, Tempo juga menemukan berita asli yang dikutip oleh blog Embarxi. 

Berita itu dipublikasikan oleh situs Times Indonesia pada 17 Juli 2019. Isi artikel dalam blog Embarxi di atas sama dengan isi berita Times Indonesia tersebut. Namun, berita di Times Indonesia itu berjudul “KH Said Aqil Siradj: Negara China bukan Negara Komunis”. 

Dalam berita ini, Said Aqil menyatakan bahwa tidak benar jika China adalah negara komunis. Wacana bahwa China adalah negara komunis, menurut Said Aqil, hanya bagian dari skenario politik beberapa kelompok yang ingin menjatuhkan pemerintahan Presiden Joko Widodo atau Jokowi. 

Hal ini pun dianggap sebagai kasus yang wajar bagi Indonesia sebagai penganut sistem demokrasi di mana terdapat potensi adanya penggunaan agama dan keyakinan sebagai alat politik.

“Sudah tidak ada ateisme, komunisme, dan yang lainya, sudah tidak ada. Semua itu sudah menjadi kepentingan politik,” kata Said Aqil dalam acara bedah buku 'Islam Indonesia dan China, Pergumulan Santri Indonesia di Tiongkok' di kantor PBNU, Jakarta Pusat. 

Setelah dibaca hingga selesai, tidak ada satu pun pernyataan Said Aqil bahwa 'justru Arab Saudi yang komunis,' baik dalam berita di Times Indonesia maupun dalam artikel di blog Embarxi.