Bagikan:

JAKARTA - Informasi yang berseliweran di media sosial makin liar. Celakanya informasi ini sering ditelan mentah-mentah oleh masyarakat. Tanpa tabayyun atau konfirmasi kepada pihak terkait  langsung menghakimi seseorang atau kelompok tertentu. Inilah, kata Wakil Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Masduki Baidlowi, yang terjadi pada Ketua Umum PB NU, Prof. Dr. KH Said Aqil Siradj, MA, beberapa hari ini.

“Sekarang ini informasi yang beredar di media sosial itu isinya nyaris sampah semua. Sebagai pembaca kita harus bijaksana dan kritis. Nyaris 90 persen informasi yang beredar di media sosial itu adalah sampah karena itu perlu dicek kembali kebenarannya. Sisanya sekitar 10 persen baru informasi yang valid yang bisa menjadi panduan. Karena itu perlu tabayyun atau cek dan ricek kepada pihak yang bersangkutan atau lihat pemberitaan media yang kredibel,” demikian dikemukan pria yang disapa Cak Duki ini kepada VOI.ID yang menguhubunginya Sabtu (7/5/2021).

Seperti diberitakan sebelumnya KH Said dikabarkan oleh sebuah akun media sosial facebook soal penyataan tentang negara China. “Negara China Bukan Negara Komunis” begitu sebut salah satu akun  yang diunggah di media sosial, salah satunya oleh akun bernama John Pribumi. Dalam pernyataan itu diunggah sebuah gambar dengan wajah Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj.

Di akun tersebut, terdapat narasi seperti ini: 'Said Aqil: Negara China Bukan Negara Komunis, Yang Komunis Itu Justru Arab? Apakah Orang2 yg fanatik terhadap NU masih belum sadar, jika junjungannya semakin Ambyarrr???'

Selain itu beredar rekaman pidato lawas  KH Said Aqil Siradj soal keberadaan Indonesia kini yang tak lepas dari kiprah tentara China jaman dahulu. Rekaman pidato itu diunggah oleh akun instagram milik seorang  konten kreator bernama Madrigu WP @madriguwp.

Dalam pidato yang dihadiri berbagai kalangan termasuk itu Kiai Said bersemangat menuturkan soal sejarah dan peran pasukan China di Nusantara pada zaman dahulu.

Dalam video yang menjadi viral di media sosial itu Kiai Said mengegaskan seperti ini. "Tanpa sumpah pemuda, tak ada semangat satu nusa, satu bangsa, satu bahasa. Tanpa sumpah Palapa, tak ada Sumpah Pemuda. Tanpa Majapahit, tidak akan ada sumpah Palapa. Tanpa pasukan China, takkan ada Majapahit. Artinya? tanpa pasukan China, tidak ada Indonesia," begitu dia berpidato yang disambut dengan antuasi dan tepuk tangan hadirin.

Upaya Menyudutkan Pihak Tertentu

Masduki Baidlowi tidak membantah dan tidak pula membenarkan soal isi rekaman dan pernyataan yang dikemukakan Kiai Said tersebut. Namun ia ingin menekankan kalau saat ini begitu banyak rekaman lampau yang kembali mencuat dengan tujuan mendiskreditkan pihak tertentu. Hal inilah yang kini terjadi pada Ketua Umum PB NU. “Saat ini siapa saja yang sejalan dengan pemerintah dan mendukung pemerintah akan disudutkan sedemikian rupa. Dibangun narasi tertentu yang menggiring masyarakat untuk sampai pada kesimpulan tertentu. Oh orang ini begini, oh orang ini begitu sehingga layak untuk disudutkan. Apa yang terjadi pada Kiai Said Aqil itu seperti itu,” tegasnya.

Celakanya lanjut Cak Duki yang juga jubir Wapres Ma’ruf Amien ini, apa yang beradar dan viral itu terkadang hanya sepotong dan amat singkat. Padahal untuk sampai pada kesimpulan yang benar, tentunya harus mendengarkan pernyataan secara utuh agar tidak punya persepsi atau penilaian yang salah.

Karena itu ia menghimbau kepada siapa pun untuk tidak gampang menilai apalagi menghakimi saat mendengar dan melihat sebuah pernyataan yang viral.”Biasakan cek dan ricek dulu sebelum menilai dan apalagi menghakimi seseorang. Bisa jadi anda gagal faham dengan sebuah narasi kemudian langsung melancarkan hujatan dan serangan pada orang atau kelompok tertentu. Kalau seperti ini bisa fatal akibatnya,” katanya.

Soal pernyataan KH Said Aqil Siradj tentang peran tentara tentara China yang punya andil pada munculnya Indonesia, seperti yang viral di saat ini menurut dia harus disikapi secara bijaksana. Apa yang disampaikan Kiai Said itu tentu ada latarbelakang atau prolognya.

Realitasnya, lanjut Masduki memang ada peran tentara Kubilai Khan dari daratan China dalam hal ini, baik secara langsung maupun tidak langsung atas terbentuknya kerajaan di Nusantara yang menjadi cikal bakal Indonesia moderen. “Dulu kan Nusantara ini diisi oleh kerajaan-kerajaan besar seperti Majapahit, Singosari, Demak, dan sebagainya. Dalam kemunculan kerajaan Majapahit ini menurut Kiai Said ada andil dan peran China,” katanya.

Ia menambahkan, Kiai Said memang sering menyampaikan materi seperti yang viral itu. Soal peran China di Nusantara.  Indonesia adalah bangsa yang majemuk yang berasal dari beragam suku bangsa: China, Arab, India dan suku bangsa lainnya yang bermigrasi ke Nusantara. “Yang dibahas kali ini adalah peran China. Konteknya adalah bagaimana kita yang majemuk ini bisa berintegrasi demi Indonesia yang maju dan kokoh. Kemajemukan itu adalah keniscayaan hingga kini, dan ini memang rawan akan gesekan satu sama lain. Ini yang harus kita jaga dengan menyebarkan informasi yang benar dan valid, bukan malah sebaliknya,” harap Masduli Baidlowi soal viralnya pidado Kiai Said Aqil Siradj beberapa hari ini.