Spanyol Cabut Status Darurat COVID-19, Warga Antusias Sekaligus Khawatir
Warga Spanyol gembira sekaligus khawatir pencabutan status darurat COVID-19. (Unsplash/Alberto Frías)

Bagikan:

JAKARTA - Setelah menjalani status darurat dan pembatasan akibat COVID-19, sejumlah wilayah di Spanyol mulai bisa bernafas lega dan merayakannya di jalan-jalan seperti halnya tahun baru.

Ini dilakukan seiring dengan pencabutan status darurat dan pelonggaran pembatasan di sejumlah kota di Spanyol. Kendati, pada saat bersamaan ada juga warga yang mengkhawatirkan pencabutan ini, menilainya terlalu dini

Melansir Reuters, Senin 10 Mei warga Spanyol yang gembira meneriakkan "kebebasan" menari di jalan-jalan dan berpesta di pantai saat jam malam COVID-19 berakhir di sebagian besar negara, seiring pencabutan status darurat COVID-19 yang berlaku sejak Oktober lalu.

Layaknya perayaan malam tahun baru, ratusan orang terutama kaum muda berkumpul di alun-alun Puerta del Sol Madrid, untuk bertepuk tangan pada jam yang berdentang tengah malam. Sementara di Barcelona, orang-orang yang bersuka ria menuju ke pantai dengan minuman di tangan.

Beberapa memakai masker meski penerapan jarak sosial sangat sedikit, ketika orang-orang mulai bernyanyi, menarin, berpelukan larut dalam suka cita yang tertahan selama ini.  

"Kaum muda, seperti orang lain, sangat dibatasi. Sekarang saatnya memberi kami sedikit kebebasan untuk menikmati sedikit musim panas." kata pekerja toko Paula Garcia, 28, di pantai di Barcelona. 

ilustrasi spanyol
Ilustrasi kemeriahan warga Spanyol. (Spanyol Unsplash/Alberto Frías)

Tetapi di Negara Basque, di mana otoritas regional telah meminta untuk memberlakukan jam malam tetapi ditolak oleh pengadilan minggu lalu, beberapa penduduk setempat tidak begitu bersemangat.

"Sangat buruk tidak ada keadaan darurat. Orang ingin keluar tetapi situasinya belum siap untuk itu," ujar Asun Lasa yang berjalan di sepanjang tepi laut San Sebastian, Minggu. Negara Basque memiliki tingkat infeksi tertinggi di Spanyol pada 448 per 100.000 dibandingkan dengan rata-rata nasional 199.

Walikota Madrid pun mengkritik 'perayaan' yang dilakukan oleh warganya, termasuk mengingatkan soal larangan pelanggaran aturan, seperti perkumpulan untuk menimati minuman di jalanan.

"Kebebasan tidak termasuk melanggar aturan," tegasnya, merujuk pertemuan untuk minum di jalan, yang dikenal sebagai 'botellones', dilarang.

Sebagai salah satu negara terparah pandemi COVID-19 di Eropa, Spanyol telah menderita 78.792 kematian akibat virus korona dan 3,6 juta kasus. Namun, seiring dengan penurunan tingkat infeksi dan perkembangan prorgam vaksinasi, memungkinkan sebagian besar dari 17 wilayah untuk mencabut penerapan jam malam.

Hingga kini, tersisa hanya empat wilayah yang masih berstatus darurat COVID-19, yakni Kepulauan Balearic, Kepulauan Canary, Navarra dan Valencia.

"Sudah waktunya mereka membiarkan kami keluar," kata petugas toko Andreu Pujol, 25, juga di pantai di Barcelona.

Ketika pesta dadakan bermunculan di pusat kota di seluruh negeri, polisi mengingatkan beberapa orang yang bersuka ria bahwa minum di jalan dilarang.

Sementara jam malam telah dicabut, sebagian besar wilayah di Spanyol membatasi jam buka bar dan restoran, memaksa orang turun ke jalan.

"Tidak ada konsistensi antara berakhirnya keadaan darurat dan jam buka toko dan bar. Tidak masuk akal jika sebuah bar harus tutup pada pukul 10 malam sementara orang dapat berada di jalan bersama-sama tanpa kendali apa pun," kata Mikel Martinez, seorang bartender di San Sebastian.

Untuk diketahui, melansir CNN secara nasional Spanyol memilik rasio 198 kasus COVID-19 per 100.000 penduduk, tetapi beberapa wilayah yang akan memberlakukan pembatasan, seperti Navarra, memiliki tingkat yang lebih tinggi.

Hampir 28 persen orang Spanyol, atau 13,2 juta, telah menerima setidaknya satu dosis vaksin untuk melawan Covid-19. Sementara 12,6 persen telah divaksinasi penuh, menurut data terbaru yang dirilis Jumat.