Bagikan:

JAKARTA - Lebih dari 17.500 orang di Burkina Faso terpaksa mengungsi dari rumah-rumah mereka dalam sepuluh hari terakhir karena karena serangkaian serangan oleh kelompok bersenjata tak dikenal yang telah menewaskan 45 orang, demikian menurut laporan Badan Pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNHCR).

Serangan oleh kelompok bersenjata jihadis yang terkait dengan al Qaeda dan ISIS di wilayah Sahel Afrika Barat telah meningkat tajam sejak awal tahun, terutama di Mali, Niger, dan Burkina Faso, dengan warga sipil yang menanggung beban tersebut.

Laporan UNHCR mengatakan orang-orang bersenjata telah melakukan serangkaian serangan di tiga wilayah terpisah, membakar rumah-rumah, dan menembak mati warga sipil. Para penyerang juga menggeledah pusat kesehatan dan merusak rumah serta toko.

"Jelas salah satu alasannya adalah menyebabkan kekacauan dan menyiksa warga sipil," kata juru bicara UNHCR Boris Cheshirkov dalam pengarahan di Jenewa, Jumat, 7 Mei.

Situasi keamanan di wilayah Sahel memicu salah satu krisis pengungsian yang tumbuh paling cepat di dunia, kata dia.

Sumber keamanan mengatakan kepada Reuters pada Senin bahwa para penyerang bersenjata telah menewaskan sekitar 30 orang dalam serangan di sebuah desa di timur Burkina Faso.

Pekan lalu, dua jurnalis Spanyol dan seorang warga Irlandia tewas dalam penyergapan bersenjata oleh tersangka militan selama patroli anti perburuan di dekat cagar alam di Burkina Faso timur.

"Tren yang kami lihat hanya menunjukkan lebih banyak kekerasan yang akan datang," kata Cheshirkov.

Kekerasan di Burkina Faso telah membuat lebih dari 1,14 juta orang mengungsi hanya dalam dua tahun, sementara negara gersang yang miskin itu juga menampung sekitar 20 ribu pengungsi dari negara tetangga Mali yang mencari keselamatan dari kekerasan.