Militan Jihadis Bersenjata Culik 50 Wanita saat Mencari Makan, Pemerintah Burkina Faso Gelar Pencarian
Kelompok militan ISIS di utara Burkina Faso. (Wikimedia Commons/Aharan_kotogo)

Bagikan:

JAKARTA - Kelompok militan jihadis bersenjata menculik sekitar 50 wanita yang mencari makanan di Provinsi Soum, utara Burkina Faso, sarang aktivitas jihadis, pada 12 dan 13 Januari, kata pemerintah pada Hari Senin.

Penculikan massal itu adalah yang pertama dalam pemberontakan yang menyebar ke Burkina Faso dari negara tetangga Mali pada tahun 2015, meskipun ada upaya militer internasional yang berupaya untuk menahannya.

Kelompok pria bersenjata menangkap para wanita tersebut saat mereka sedang memetik buah liar di luar Desa Liki, sekitar 15 km (10 mil) dari Kota Aribinda, dan kemudian di lokasi lain di distrik yang sama.

"Pencarian telah dimulai dengan tujuan untuk menemukan semua korban yang tidak bersalah ini dalam keadaan aman dan sehat," kata pemerintah dalam sebuah pernyataan, dilansir dari Reuters 17 Januari.

Kerabat korban penculikan mengatakan kepada Reuters, para wanita yang hilang mulai menjelajahi semak-semak di sekitarnya untuk mencari makanan, karena tidak cukup lagi untuk memberi makan keluarga mereka di desa. Mereka mencari buah, daun dan biji yang digiling menjadi bubuk untuk anak-anak.

Kelompok pemberontak diketahui telah memblokade bagian utara yang gersang dalam beberapa bulan terakhir, menyebabkan kekurangan pangan akut dan pengiriman pasokan ke warga yang terperangkap menjadi semakin berbahaya.

Ribuan orang telah terbunuh dan lebih dari 2,7 juta orang mengungsi di seluruh Sahel, di mana ketidakamanan telah memengaruhi pertanian dan berkontribusi pada meningkatnya tingkat kelaparan, menurut PBB.

"Perempuan bisa berjalan sejauh 4 km (ke semak-semak) untuk mencari makan," kata seorang warga desa di Aribinda yang tidak mau disebutkan namanya karena alasan keamanan.

Penduduk desa itu menambahkan, orang-orang itu terlalu takut untuk pergi jauh dari rumah mereka karena takut ditembak oleh para jihadis. "Itulah sebabnya para wanita itu diculik," kata penduduk desa itu.

Sebelumnya, lusinan tentara tewas pada September tahun lalu, ketika gerilyawan menyerang konvoi 150 kendaraan yang membawa pasokan ke kota utara Djibo, ibu kota Soum.

Jika orang asing dan penduduk setempat kadang-kadang ditangkap, penculikan wanita dalam jumlah besar belum pernah terjadi sebelumnya.

Ini berbeda dengan di Nigeria, di mana pemberontak Boko Haram yang terpisah, melakukan penculikan massal di negara itu.

Diketahui, Burkina Faso adalah salah satu dari beberapa negara di Afrika Barat yang berjuang melawan pemberontakan, menghadapi kekerasan yang terkait dengan al Qaeda dan ISIS yang telah merebut wilayah yang luas selama dekade terakhir.

Frustrasi atas kegagalan pihak berwenang untuk memulihkan keamanan dan melindungi warga sipil menjadi faktor penyebab dua kudeta militer di Burkina Faso tahun lalu.