Bagikan:

JAKARTA - Tentara Burkina Faso mengatakan pada Hari Senin, mereka telah menggulingkan Presiden Roch Marc Christian Kabore, menangguhkan konstitusi, membubarkan pemerintah dan majelis nasional dan menutup perbatasan negara.

Pengumuman tersebut mengutip memburuknya situasi keamanan dan apa yang digambarkan oleh tentara, sebagai ketidakmampuan Presiden Kabore untuk menyatukan negara tersebut dan secara efektif menanggapi tantangan, termasuk pemberontakan kelompok agama radikal.

Pernyataan itu dibuat atas nama entitas yang sebelumnya tidak pernah terdengar, Gerakan Patriotik untuk Perlindungan dan Pemulihan, atau MPSR, akronim bahasa Prancisnya.

"MPSR, yang mencakup semua bagian tentara, telah memutuskan untuk mengakhiri jabatan Presiden Kabore hari ini," katanya, mengutip Reuters 25 Januari.

Sementara itu melansir New York Times, kudeta diumumkan di televisi negara Senin sore oleh seorang perwira yang menyela program tentang perdagangan ikan, untuk mengumumkan bahwa militer telah menangguhkan Konstitusi dan membubarkan pemerintah, dan bahwa mereka menutup perbatasan darat dan udara Burkina Faso sampai pemberitahuan selanjutnya.

Dalam bahasa kudeta militer yang akrab, juru bicara itu mengatakan angkatan bersenjata bertindak karena kewajiban, bereaksi terhadap "kejengkelan rakyat." Di sampingnya duduk seorang pria berseragam yang dia perkenalkan sebagai pemimpin baru Burkina Faso, Letnan Kolonel Paul-Henri Sandaogo Damiba.

Sosok Letnan Kolonel Damiba, tidak begitu dikenal di Burkina Faso. Dilatih di Sekolah Militer Paris, ia sebelumnya adalah anggota pasukan elit yang mengawal Presiden Blaise Compaoré, yang memerintah selama 27 tahun hingga penggulingannya pada tahun 2014.

Setelah unit itu dibubarkan, ia diintegrasikan ke dalam tentara reguler, di mana ia mulai naik pangkat. Tahun lalu, dia menerbitkan sebuah buku berjudul 'West African Army and Terrorism: Uncertain Responses?'

Dua bulan lalu, Kolonel Damiba ditunjuk untuk memimpin salah satu dari tiga wilayah militer Burkina Faso, promosi yang bertepatan dengan meningkatnya ketidakpuasan di dalam jajaran.

Adapun mengutip Actusalade, Letnan Kolonel Damiba disebut sebagai perwiran infanteri senior. Ia memegang gelar master dalam ilmu kriminal dari Akademi Seni dan Kerajinan Nasional (CNAM) di Paris, Prancis dan sertifikat spesialis pertahanan dalam manajemen, komando dan strategi.

Untuk diketahui, pada Bulan November, utusan regional PBB memperingatkan kemungkinan kudeta di Burkina Faso. Pekan lalu pihak berwenang menangkap petugas lain yang dituduh merencanakan pengambilalihan.