Rusia Gunakan Sistem Pertahanan Udara untuk Serang Sasaran Darat di Ukraina, Kehabisan Rudal Balistik?
Sistem pertahanan udara S-300 Rusia. (Wikimedia Commons/Vitaly V. Kuzmin)

Bagikan:

JAKARTA - Juru bicara Angkatan Udara Ukraina pada Hari Senin mengatakan, peningkatan penggunaan sistem pertahanan udara S-300 dan S-400 oleh Rusia untuk melakukan serangan ke sasaran darat, menunjukkan stok rudal balistik Moskow hampir habis.

Pejabat itu, Yuriy Ihnat, mengutip intelijen Ukraina yang mengklaim bahwa Rusia memiliki kurang dari 100 amunisi balistik Iskander modern yang tersisa.

Sebaliknya, Rusia dikatakan memilih menggunakan sistem S-300 dan S-400, karena memiliki banyak amunisi untuk sistem tersebut.

"Musuh sedang mencoba untuk menggunakan potensi mereka, karena ada banyak rudal S-300 yang sudah diproduksi, (Rusia) adalah pembuat rudal ini, dan mereka sudah menggunakannya dengan cara ini," katanya dalam pengarahan di Kyiv melalui tautan video, melansir Reuters 16 Januari.

Kementerian Pertahanan Inggris mengatakan bulan lalu, Rusia kemungkinan telah menghabiskan sebagian besar stok rudal balistik jarak pendek SS-26 Iskander, yang dapat membawa hulu ledak 500kg hingga sejauh 500 km (310 mil).

Kementerian Pertahanan Rusia belum mengomentari klaim tersebut, yang tidak dapat diverifikasi secara independen.

Berkurangnya stok persenjataan bisa menjadi masalah utama bagi kedua belah pihak, dalam perang yang telah berkecamuk selama hampir 11 bulan dan tampaknya akan terus berlanjut.

Sistem S-300 merupakan bagian dari keluarga rudal darat-ke-udara yang awalnya dikembangkan oleh Uni Soviet. Ini pertama kali dioperasikan pada akhir 1970-an setelah satu dekade pengembangan.

Kedua sistem ini digunakan oleh Ukraina dan Rusia, meskipun yang terakhir memiliki lebih banyak sistem dalam inventarisnya. Moskow mengembangkan sistem S-400 untuk menggantikan sistem S-300 yang sudah tua pada tahun 2007.

Ihnat mengatakan pasukan Rusia lebih suka menggunakan S-300 yang lebih banyak untuk menyerang target darat, meskipun S-400 juga digunakan dengan cara ini.

Dia mengatakan S-300 dapat digunakan melawan target darat hingga jarak 150 km dan menghadirkan ancaman bagi Ukraina.

"S-300 adalah ancaman, dan tentu saja kita tidak akan memiliki cukup sistem dari Barat untuk menembak jatuh setiap S-300 di udara. Kita perlu menghancurkan mereka pada posisi di mana mereka ditembakkan," tandas Ihnat.