Bagikan:

JAKARTA - Peneliti Ukraina tengah mempelajari puing-puing rudal balistik jarak menengah baru Rusia yang ditembakkan ke Kota Dnipro pada Kamis pekan lalu, pertama kalinya senjata sekuat itu digunakan dalam perang.

Potongan-potongan puing yang hangus dan hancur itu diletakkan di gantungan di sebuah fasilitas yang melakukan forensik senjata. Para ahli Ukraina mempelajari puing-puing tersebut untuk mendapatkan wawasan tentang rantai pasokan militer Rusia, produksi, dan cara mengembangkan tindakan balasan, melansir Reuters 24 November.

Reuters merupakan salah satu dari sekelompok kecil wartawan yang diberi akses ke reruntuhan rudal tersebut pada Hari Minggu. Para wartawan diminta untuk tidak mengungkapkan lokasi pasti lokasi tersebut karena alasan keamanan.

Rusia menyebut rudal barunya sebagai jenis balistik hipersonik yang dinamai Oreshnik, mengklaim tidak mungkin untuk mencegatnya dengan pertahanan udara.

Ukraina mengatakan senjata itu mencapai kecepatan tertinggi lebih dari 13.000 kpj (8.000 mph) dalam perjalanannya menuju Dnipro pada Hari Kamis.

Dua pakar Ukraina memberikan penilaian yang hati-hati, hanya mengatakan itu rudal balistik, terbang pada lintasan balistik dan serangan itu mengakibatkan kerusakan sipil. Mereka menolak untuk menjawab pertanyaan atau memberikan nama belakang mereka.

"Ini adalah kesimpulan awal dan untuk mengatakan sesuatu yang lebih konkret memerlukan waktu dan studi yang cermat terhadap sisa-sisa rudal," kata Ivan, salah satu pakar.

"Ini adalah pertama kalinya sisa-sisa rudal semacam itu ditemukan di wilayah Ukraina," kata Oleh, seorang penyelidik untuk Dinas Keamanan Ukraina.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyebut penggunaan senjata itu sebagai eskalasi yang parah dan mendesak sekutunya untuk menanggapi.

Kremlin sendiri mengatakan telah menembakkan rudal jarak menengah baru ke sasaran militer Ukraina di Dnipro, sebagai tanggapan atas serangan Kyiv terhadap Rusia dengan rudal buatan Amerika Serikat dan Inggris untuk pertama kalinya, setelah Washington memberikan persetujuannya.

Presiden Vladimir Putin pada Hari Jumat mengatakan, sistem rudal balistik hipersonik jarak menengah Oreshnik Rusia bukanlah versi yang ditingkatkan dari versi sebelumnya yang berasal dari masa Soviet, sejalan dengan perkembangan terbaru dan modern.

Mengklaim rudal itu menyerang dengan kecepatan Mach 10, sistem pertahanan udara modern dan sistem pertahanan rudal yang dikerahkan AS di Eropa, tidak dapat mencegat rudal Oreshnik.

Pemimpin Kremlin juga mengatakan, Moskow akan terus menguji rudal tersebut dalam pertempuran dan memiliki stok yang siap digunakan.