Terungkap, Sebelum Meninggal di Pengasingan, Napoleon Coba Selamatkan 'Warisannya'
Lukisan Napoleon Bonaparte. (Sumber:Wikimedia Commons)

Bagikan:

JAKARTA - Saat peringatan dua abad kematian Napoleon Bonaparte semakin dekat, sebuah pameran di Les Invalides di Paris, Prancis, menyoroti kematiannya di pengasingan dan upayanya untuk menyelamatkan warisannya sebagai jenius militer dan pemimpin visioner.

Diusir oleh Inggris ke Pulau Saint Helena yang dipenuhi tikus di selatan Atlantik, Napoleon, dikelilingi oleh orang-orang kepercayaan dekat, menulis memoarnya yang bertajuk 'Napoleon is no more', menurut sejarawan Lea Charliquart, yang ikut mengkurasi pameran.

"Napoleon mungkin telah tenggelam terlupakan. Namun, dia menggunakan masa pengasingan ini untuk menulis ceritanya. (Dia) mengubah dirinya menjadi seorang martir. Dia menjadi hampir suci," kata Charliquart, melansir Reuters

Meninggal pada 5 Mei 1821 dalam usia 51 tahun, sosok Napoleon di mata orang banyak terbagi dalam dua sisi berlawan. Di satu sisi, ia adalah sosok komandan yang terkenal sukses membangun kerajaan yang luas, termasuk membangun negara terpusat yang moderen di Prancis.

Namun di sisi lain, tidak sedikit orang yang melihatnya sebagai penguasa tiran yang lalim, sebelum akhirnya menyerah kepada Inggris di Waterloo. 

napoleon
Lukisan Napoleon Bonaparte. (Wikimedia Commons/Belvedere by Kunsthistorisches Museum)

Di antara lebih dari 200 artefak yang ditampilkan dalam pameran ini, ada lukisan cat minyak dari Napoleon berwajah pucat yang berbaring di atas bantal, matanya tertutup, tangan diletakkan di atas perutnya dan pedangnya di sampingnya.

Ada juga ranjang kematiannya, ranjang besi militer polos yang mungkin dimaksudkan untuk melambangkan bahwa kaisar yang dulu adalah seorang prajurit sampai akhir.

"Napoleon ingin dikenang sebagai kaisar yang tewas ribuan kilometer dari Prancis di atas batu vulkanik kecil. Jelas itu tampilan yang lebih baik daripada mati dalam tahanan di rumah yang berbau apek," papar Charliquart.

Dimakamkan di Saint Helena atas permintaan Inggris, sejatinya Napoleon ingin agar ia dimakamkan di tepi Sungai Seine, di antara orang-orang Prancis yang sangat dicintai.

Hampir dua dekade kemudian, tubuhnya digali dalam kondisi yang sangat terawat.

"Episode ini melengkapi legenda. Seolah-olah Napoleon begitu kuat sehingga dia bisa mengatasi kekuatan alam," ungkap Charliquart.

Sayangnya, kendati 5 Mei sudah semakin dekat, pameran ini belum dibuka untuk umum, karena pembatasan pandemi virus corona yang ditetapkan Pemerintah Prancis.