JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut dirinya sempat menghubungi Menteri Kesehatan India pada Januari lalu untuk membahas penanganan COVID-19. Sebab, negara ini sempat berhasil menangani pandemi ini, sebelum mengalami peningkatan seperti sekarang.
"India di bulan November, dari Oktober, November, Desember, menuju Januari berhasil melandaikan kurvanya. Bahkan, saya ingat Januari itu kita telepon ke Menkes India," kata Jokowi Pengarahan Presiden RI kepada Kepala Daerah se-Indonesia Tahun 2021 yang ditayangkan di kanal YouTube Sekretariat Presiden, Kamis, 29 April.
Dirinya lalu mengatakan, sempat menanyakan kunci sukses India dalam menangani laju penularan virus di tengah masyarakat. "Kuncinya apa? Kuncinya adalah mikro lockdown. Sehingga kita adopsi di sini PPKM skala mikro," tegas eks Gubernur DKI Jakarta itu.
BACA JUGA:
Jokowi mengatakan, dengan menggunakan cara itu, India sempat berhasil menurunkan penularan hingga 10 ribu kasus perhari. Tapi, kini, angka penularan COVID-19 di India justru meningkat secara signifikan hingga 350 ribu kasus per hari.
Sehingga, dia memerintahkan para kepala daerah untuk berhati-hati. Hal ini harus dilakukan demi mencegah penularan kasus COVID-19 secara masif terjadi di Tanah Air.
"Hari-hari ini terjadi lonjakan eksponensial di India, menjadi 350 ribu kasus aktif per hari. Ini yang menjadi kehati-hatian kita semuanya. Hati-hati perkembangan di India, tidak hanya di India, ada di Tukri, Brazil, dan beberapa di Uni Eropa. Hati-hati," tegasnya.
"Sekecil apapun kasus aktif di provinsi, kabupaten, kota yang bapak ibu pimpin, jangan kehilangan kewaspadaan. Ikuti angka-angkanya, kurvanya diikuti dengan kehati-hatian. Begitu naik sedikit segerakan untuk ditekan kembali agar terus menurun," imbuh Jokowi.
Selain itu, dia juga meminta para kepala daerah untuk mewaspadai libur panjang Idulfitri. Dia mengingatkan, pada 2020 lalu, terjadi peningkatan kasus COVID-19 di tengah masyarakat setiap libur panjang berakhir.
"Hati-hati dengan yang namanya libur panjang. Kita ini mau libur panjang di Idulfitri," katanya.
"Ingat tahun lalu ada empat libur panjang yang kenaikannya sangat melompat, Idulfitri tahun lalu naik sampai 93 persen, Agustus tahun lalu naik 119 persen, libur Oktober naik 95 persen, tahun baru naik sampai 78 persen. Oleh sebab itu hati-hati, hati-hati. Libur pasca dua minggu lalu kurang lebih (kasus naik, red) hampir 2 persen. Hati-hati," pungkasnya.