Bagikan:

JAKARTA - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan ada dua kelompok yang sangat rentan bahaya kala terjangkit COVID-19. Dua kelompok tersebut adalah orang berusia di atas 60 tahun dan mereka yang memiliki kondisi medis, seperti penyakit kardiovaskular, diabetes, pernapasan kronis, dan kanker.

Namun, wanita berusia 97 tahun di Brasil bernama Gina Dal Colleto membuktikan hal berbeda. Sejak dirawat di rumah sakit pada 1 April dengan gejala COVID-19, tak sedikit orang yang menyangka bahwa nyawanya tidak akan tertolong, mengingat usianya yang begitu sepuh dan rentan, sebagaimana dikatakan WHO.

Dal Colleto mematahkan segala anggapan. Pada Minggu 12 April 2020, Dal Colleto di atas kursi roda keluar dari rumah sakit Vila Nova Star, Sao Paulo. Ia disambut dengan tepuk tangan dari dokter dan perawat karena berhasil pulih dari COVID-19.

Dal Colleto menjadi pasien tertua yang selamat dari COVID-19 di Brasil, negara Amerika Latin yang paling parah dilanda wabah virus tersebut. Saat dirawat di rumah sakit, Dal Colleto menggunakan oksigen dan dirawat di bagian perawatan intensif.

Pemulihannya yang tak terduga ini bagai secercah harapan di Brasil, di mana presidennya sendiri pun tidak terlalu ambil pusing meski wabah sudah meluas di negaranya. COVID-19 di Brasil juga menjadi perdebatan politik yang sengit untuk mencari cara terbaik mengatasi penyebaran virus dan menopang perekonomian negara.

"Bahkan, dengan hampir seabad kehidupan, Gina memiliki rutinitas yang sangat aktif dan menikmati waktu jalan-jalannya, berbelanja, dan memasak. Dia memiliki enam cucu dan lima cicit," kata sebuah pernyataan dari rumah sakit, mengutip Reuters, Selasa 14 April 2020.

Kementerian Kesehatan Brasil mengatakan, sebanyak 1.223 orang meninggal akibat COVID-19. Brasil sekarang memiliki 22.169 kasus yang dikonfirmasi.

Sikap Presiden Bolsonaro

Presiden Brasil Jair Bolsonaro, seorang mantan kapten tentara sayap kanan, meremehkan langkah-langkah physical distancing yang diberlakukan oleh pemimpin-pemimpin negara bagian, bahkan pejabat kesehatannya sendiri.

Bolsonaro ingin kegiatan ekonomi terus dilakukan. Alasannya, penghentian kegiatan ekonomi yang terlalu lama akan menimbulkan risiko yang lebih besar daripada penyakit tersebut. 

Menteri Kesehatan Brasil secara terbuka menentang sikap Presiden Jair Bolsonaro dan menuduhnya menabur keraguan di benak orang Brasil atas perlunya physical distancing. Dalam sebuah wawancara, Menteri Kesehatan Brasil Luiz Henrique Mandetta memberi isyarat bahwa tindakan Bolsonaro yang menolak rekomendasi melakukan physical distancing, membingungkan 210 juta warga negara itu.

"Mereka tidak tahu apakah akan mendengarkan Menteri Kesehatan atau Presiden," kata Mandetta. 

Dia mendesak pemerintahan Bolsonaro untuk menghadirkan "satu suara" tentang cara mengatasi pandemi. Hal tersebut harus dilakukan karena Bolsonaro berulang kali menentang pedoman pencegahan menularnya COVID-19. 

Arogansi Bolsonaro juga membuat warganya beraksi. Hampir setiap malam, di kota-kota di seluruh Brasil, orang-orang yang dikarantina memukul panci dan wajan sebagai protes atas penanganannya terhadap krisis.

Bolsonaro merasa bahwa virus corona sedang dalam perjalanan keluar dari Brasil, meskipun dia tidak memberikan penjelasan. Sebagai gantinya, lanjut dia, akan terjadi pengangguran lebih lanjut.

“Tampaknya masalah virus mulai hilang, tetapi pengangguran akan meningkat ... Sulit. Kita harus melawan dua hal ini,” katanya dalam sebuah siaran televisi.