Ketika China Keliling Dunia Ajari Negara-Negara Tangani COVID-19
Ilustrasi foto (Tedward Quinn/Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - Pada bulan lalu, enam profesional medis asal China turun dari jet Air Serbia di Belgrade, Ibu Kota Serbia. Mereka disambut dengan karpet merah dan Presiden Serbia Aleksandar Vucic beserta sejumlah menteri kabinet negara tersebut. Setelah salam pendek, Vucic mencium bendera Serbia, lalu China.

Serbia adalah salah satu sekutu terdekat China di Eropa. Saat berada di Serbia, tim asal China memberikan panduan langsung untuk membantu memerangi COVID-19 yang telah melanda seluruh dunia.

Melansir Reuters, Senin 13 April, tindakan yang dilakukan China tersebut adalah bagian dari dorongan yang lebih luas oleh China untuk menegaskan kepemimpinan global dalam memerangi COVID-19. Padahal, China berkali-kali menghadapi kritik dari Amerika Serikat (AS) dan beberapa negara lain, bahwa Negeri Tirai Bambu gagal merespons awal wabah COVID-19. 

"Tidak ada keraguan bahwa China akan menggunakan wabah COVID-19 untuk lebih jauh bertindak dalam kepentingan nasionalnya sendiri," kata Gordon Houlden, seorang mantan diplomat Kanada dan Direktur Institut China Universitas Alberta.

"Hal tersebut termasuk mendorong model pemerintahannya digunakan, dalam hal ini metodologi epidemiologi," tambahnya.

Metodologi itu didasarkan pada pendekatan agresif dan komprehensif yang dilakukan China untuk memerangi virus, termasuk lockdown di Wuhan dan pengetahuan yang dibangunnya sebagai negara pertama yang menderita wabah COVID-19. Kementerian Luar Negeri China menolak berkomentar.

Namun, juru bicara kementerian, Zhao Lijian, mengatakan tujuan pengiriman tim medis adalah untuk berbagi pengalaman China melawan virus, bukan untuk mengekspor model manajemen ke luar negeri. Pernyataan itu disampaikan Zhao Lijian dalam konferensi pers.

Selain Serbia, Beijing telah mengirim tim medis ke Kamboja, Iran, Irak, Laos, Pakistan, Venezuela, dan Italia, satu-satunya negara G7 yang bergabung dengan Belt and Road Initiative dan terkena dampak paling parah atas COVID-19. Yang paling baru, pada pekan lalu, tim medis beranggotakan 12 orang China tiba di Filipina untuk membantu memerangi virus itu.

Sistem jemput bola yang China lakukan tersebut di luar dari sumbangan dan penjualan pasokan ke sekitar 90 negara. Selain itu, China juga menggelar siejumlah konferensi video dengan negara dan organisasi internasional untuk berbagi pengetahuannya. Hal tersebut dikatakan langsung oleh Badan Kerjasama Pembangunan Internasional China.

"Kami berharap bahwa negara-negara lain tidak akan mengulangi tragedi China," kata Peng Zhiqiang, seorang spesialis dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Provinsi Guangdong dan ketua tim China di Serbia. 

Tanggapan terhadap datangnya China ke negara-negara seperti Serbia, sejauh ini positif. Di Belgrade, tim dari China mengunjungi sebuah tugu peringatan bagi mereka yang terbunuh pada 1999. Pada 1999, terdapat bom-bom AS yang menghantam kedutaan besar China di Serbia. 

Setelah kedatangan tim, sebuah plakat dipasang di jalan Belgrade pusat, beserta foto Presiden China Xi Jinping dan spanduk-spanduk besar dalam bahasa China dan Serbia bertuliskan, "Terima kasih, kakak Xi." Atas saran tim dari China, Serbia juga mulai mengarantina orang dengan gejala ringan dan mengerahkan pasukan untuk membangun rumah sakit bagi pasien dengan gejala ringan.

Percaya ahli dari China

Tim medis China memberi saran kepada beberapa negara untuk membangun rumah sakit darurat, sama halnya ketika mereka membangun rumah sakit darurat di Wuhan. Tim medis China juga memberikan langkah-langkah manajemen virus, kata Peng dan Liang Wenbin, anggota tim medis China yang dikirim ke Kamboja.

Langkah-langkah manajemen tersebut, termasuk karantina atau isolasi orang dengan gejala ringan untuk menghentikan penyebaran awal virus, metode mengobati komplikasi, dan memeriksa suhu yang dengan skala yang luas. Pejabat Serbia mengatakan mereka menyambut baik masukan itu, yang mereka katakan telah membantu memperlambat penyebaran COVID-19. 

"Kami mengubah pendekatan kami, dan dengan dukungan para ahli dari China, kami melakukan pengujian yang lebih luas," kata sumber yang dekat dengan kepresidenan Serbia yang menolak disebutkan namanya.

"Para dokter asal China menyambut baik langkah-langkah yang diambil oleh Serbia, dan kami telah menganut model China, yaitu untuk menjangkau dan merawat sebanyak mungkin orang yang terinfeksi," kata orang tersebut.

Pengaruhi kebijakan Kamboja 

Di Kamboja, penerbitan visa untuk pengunjung internasional sangat dibatasi atas saran tim dari China. Negara ini bersiap-siap untuk masuknya pengungsi yang kembali untuk tahun baru Khmer. Kamboja sendiri merupakan negara yang menjadi pendukung setia China di Asia Tenggara.  

Kamboja juga mempertimbangkan saran tim untuk mengubah hotel dan sekolah yang kemungkinan bisa dijadikan tempat karantina, kata Liang, anggota tim China. "Pembatasan terbaru untuk membatasi mobilitas personel dan untuk melarang orang asing datang ke negara itu adalah langkah-langkah pengendalian yang digunakan China," katanya.

Meski upaya kunjungan medis telah dilakukan, China tetap menghadapi kritik tajam dari AS. China, yang terus-terusan menahan informasi awal tentang virus dan meremehkan risiko dari COVID-19 membuat virus ini menjadi pandemi. Bagi AS, ini bukanlah tragedi, melainkan buah dari kelalaian. 

"Saya skeptis bahwa banyak negara akan segera melupakan kesalahan langkah awal China yang berkontribusi terhadap penyebaran virus global," kata Ryan Hass, direktur senior Asia di Dewan Keamanan Nasional pada pemerintahan Barack Obama yang sekarang di Brookings Institution.