Sederet Pernyataan Kontroversial Zulfan Lindan Hingga Berujung Dinonaktifkan NasDem
Ketum NasDem Surya Paloh/DOK FOTO: Nailin In Saroh-VOI

Bagikan:

JAKARTA - DPP Partai NasDem menonaktifkan politikus senior Zulfan Lindan buntut dari pernyataan kontroversialnya yang dinilai menimbulkan kegaduhan belakangan ini. Paling ramai, Zulfan menyebut Gubernur Anies Baswedan adalah antitesis dari Presiden Joko Widodo. 

Melihat perkembangan dinamika akhir-akhir ini, di mana saudara Lindan telah mengeluarkan pernyataan tidak produktif bahkan cenderung menurunkan citra Partai NasDem. DPP Partai NasDem memberikan peringatan keras kepada saudara Zulfan Lindan, berupa, menonaktifkan dari kepengurusan DPP Partai NasDem," ujar Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh, dalam keterangan persnya, Kamis, 13 Oktober. 

"Kedua melarang keras untuk memberikan pernyataan di media massa dan media sosial atas nama fungsionaris Partai NasDem sampai waktu yang ditetapkan," sambungnya. 

Paloh berharap, peringatan ini memberikan pelajaran bagi seluruh kader dan fungsionaris Partai NasDem untuk terus menjaga karakter dan jati diri sebagai partai gagasan dengan semangat pembawa perubahan.

Dengan cara memberikan pernyataan yang menambah nilai positif dan juga memberikan pemahaman baik terhadap publik. 

"Sebab Partai NasDem ingin mengembalikan kepercayaan publik terhadap partai politik dengan cara berpolitik yang memiliki komitmen kebangsaan yang kuat," kata dia. 

Lantas, apa saja pernyataan kontroversial Zulfan Lindan hingga dinonaktifkan partai?

Sebut KIB Koalisi Ecek-ecek

Zulfan Lindan pernah menyebut Koalisi Indonesia Bersatu atau KIB sebagai koalisi tak sungguh-sungguh atau ecek-ecek.

Zulfan menyampaikan hal itu saat diskusi Adu Perspektif dengan tema 'Membaca Manuver Tabloid, Dewan Kolonel, hingga Isu Dendam Lama', pada Senin, 26 September.  

"Lainlah, kalau KIB jangan disamakan dengan koalisi ini (NasDem, PKS, Demokrat). KIB itu kan koalisi ecek-ecek itu," kata Zulfan Lindan.

Pernyataan Zulfan itu pun menuai reaksi dari parpol anggota KIB yakni PAN, PPP, dan Partai Golkar. PPP justru menyindir koalisi NasDem yang belum terbentuk.

"Kami ini KIB koalisi yang konkret, koalisi yang pertama kali terbangun dalam periode ini untuk Pemilu 2024," ujar Ketua DPP PPP Achmad Baidowi (Awiek) kepada wartawan, Senin, 26 September. 

"Jadi kalau ada yang mengatakan koalisi ecek-ecek, ya dia akan tidak tahu apa. koalisinya dia aja belum terbentuk," imbuh pria yang akrab disapa Awiek itu. 

Awiek menyebut KIB dibentuk untuk memenangkan kontestasi Pemilu 2024. Dia juga menegaskan bahwa KIB bukan koalisi ecek-ecek seperti yang dikatakan Zulfan Lindan.

"Ya memang beliau (Zulfan Lindan) politisi senior tetapi mungkin beliau lupa ada fatsun politik yang harus diikuti oleh semua partai politik, tidak boleh mencela satu sama lain, posisinya bukan pengamat," ucapnya.

Sindir Jokowi Enggan Respons Deklarasi Anies

Kemudian, dalam diskusi Adu Perspektif yang digelar Senin 3 Oktober, Zulfan Lindan menyindir Presiden Jokowi yang enggan berkomentar soal deklarasi Anies sebagai capres karena masih dalam suasana duka akibat Tragedi Kanjuruhan.

Zulfan menyindir Jokowi berduka padahal masih sempat menghadiri peresmian kawasan industri di Jawa Tengah.

"Tadi kan Pak Jokowi bilang bahwa sedang berduka, tapi toh hari ini Pak Jokowi menghadiri peresmian kawasan industri di Jawa. Itu yang pidato Bahlil, Pak Jokowi hadir juga Pak Ganjar, banyak menteri yang lain," kata politikus senior Partai NasDem Zulfan Lindan, dalam diskusi Adu Perspektif, Senin, 3 Oktober. 

Pernyataan Zulfan pun direspons Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden Ali Mochtar Ngabalin. Menurut Ngabalin, Zulfan bak politikus nyinyir. Padahal kata Ngabalin, Jokowi sadar bahwa tidak elok bicara politik karena masih dalam suasana duka.

"Lucu ada politisi yang sakit dan nyinyir Jokowi menolak komentari soal politik praktis," ujar Ngabalin yang dikutip lewat akun Twitter pribadinya, Rabu, 5 Oktober. 

Anies Disebut Antitesis Jokowi

Paling ramai ditanggapi tokoh-tokoh partai politik, Zulfan Lindan menyebut sosok Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan merupakan antitesis atau pertentangan yang cocok dari Presiden Joko Widodo. Menurut Zulfan, NasDem telah mengkaji hal ini melalui pendekatan dialetika filsafat.

“Ini sudah kita kaji dengan filsafat pendekatan dialetika, dengan pendekatan filsafat Hegel. Pertama apa, Jokowi ini kita lihat sebgai tesis, berpikir dan kerja, itu Jokowi. Tesis kan begitu, Jokowi. Lalu kita mencari anti-tesa. Dari antitesis Jokowi ini yang cocok itu Anies. Apa artinya? Dia berpikir secara konseptualisasi,” kata Zulfan dalam acara Adu Perspektif Total Politik yang berlangsung daring, Selasa, 11 Oktober malam.

Bahkan, Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto sampai terkejut dengan ucapan Zulfan Lindan. Dia menilai kalimat itu dapat menimbulkan persoalan tata pemerintahan dan etika politik.

"Jujur saya sangat kaget dengan pernyataan Partai NasDem melalui Pak Zulfan Lindan bahwa Pak Anies merupakan antitesa Pak Jokowi. Ini menimbulkan persoalan tata pemerintahan dan etika politik yang sangat serius," kata Hasto kepada wartawan, Rabu, 12 Oktober.