Terbangunnya Gerakan Mandiri Masyarakat Wilayah Tertinggal di Brasil
Ilustrasi foto (Raphael Nogueira/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Tempat-tempat terindah di dunia yang dahulu ramai oleh arus hilir mudik para pelancong berlibur, kini dibuat lumpuh, bahkan cenderung sepi karena pandemi COVID-19 mulai menyebar ke kota besar yang menjadi tujuan pariwisata seluruh dunia. Salah satu yang terkena dampak adalah Rio de Janeiro di Brasil.

Namun, sampai berita ini dibuat, belum ada langkah pemerintah Brasil untuk melakukan sterilisasi tempat-tempat yang menjadi atraksi wisata utama di Rio de Janeiro. Pasifnya pemerintah mendorong seorang pemandu wisata bernama Thiago Firmino kemudian bergerak mandiri melakukan disinfeksi jalanan kumuh di Santa Marta, Favela.

Seperti dilansir Reuters, pria berumur 39 tahun itu mulai mengenakan pakaian ala “Ghostbuster” dan menjadi salah satu pelopor program yang dipimpin oleh masyarakat untuk memerangi penyebaran virus dari Wuhan. Apalagi, daerah kumuh di Brasil terkenal padat dan jikalau COVID-19 menyerang bisa menyebar dengan cepat.

Aksinya pun mendapat dukungan dari penduduk Santa Marta. Bahkan, setiap Firmino lewat sembari menyemprotkan cairan desinfektan pada tangga, jalanan maupun lorong-lorong, gemuruh tepuk tangan dari penduduk yang sedang menyaksikan aksinya sering kali terdengar.

"Saya tidak menyebutkan aksi ini heroik, tetapi kami harus memiliki sikap tegas terhadap COVID-19," kata Firmino.

Aksi tersebut ia lakukan karena kompleks-kompleks kumuh tersebut jarang menjadi perhatian pemerintah Brasil. “Favela selalu dilupakan. Apa pun yang terjadi di kota, favela selalu menjadi yang terakhir menerima manfaat apa pun. Apalagi sekarang, layanan kesehatan genting dan masalah kebersihan serta permasalahan sampah juga genting.”

Padahal, sekitar empat ribu orang tinggal di Santa Marta. Seharusnya, pemerintah Brasil menaruh perhatian lebih terhadap Favela, sebagai salah satu tempat paling ikonik di Rio de Janeiro. Buktinya, tepat dibelakang lingkungan tepi pantai Botafogo, terdapat hotel yang menawarkan pemandangan spektakuler gunung Sugar Loaf.

Diakui oleh Firmino, aksinya ini sangat bergantung daripada sumbangan masyarakat. "Sektor pariwisata adalah sektor yang pertama mendapatkan dampak, dan paling terakhir untuk pulih kembali. Kami melakukan tindakan sukarela ini dengan penduduk sehingga kami dapat menjaga diri kami sendiri.”

Sejauh ini, tercatat 1.057 orang telah meninggal karena COVID-19 di Brasil, dengan total 19.638 kasus positif yang telah dikonfirmasi, menurut angka resmi terbaru pada hari Jumat, 10 April.