JAKARTA - Juru bicara penanganan COVID-19, Achmad Yurianto menegaskan bahwa penyakit yang disebabkan oleh virus corona bisa disembuhkan. Hal itu bahkan terbukti setelah sebanyak 380 orang yang sebelumnya dinyatakan positif COVID-19 kini telah sembuh setelah mendapatkan perawatan.
“Kita patut bersyukur bahwa sudah ada 380 orang yang sembuh dari penyakit ini. 142 orang berada di Provinsi DKI Jakarta sudah dinyatakan sembuh, kemudian di Provinsi Jawa Timur ada 73 orang dinyatakan sembuh, kemudian di Provinsi Sulawesi Selatan terdapat 31 orang dinyatakan sembuh,” kata Yuri dalam konferensi pers yang ditayangkan di akun milik Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Senin, 13 April.
BACA JUGA:
Selain provinsi yang dia sebutkan tadi, kata Yurianto, di sejumlah provinsi lain juga tercatat banyak pasien yang tadinya positif akhirnya dinyatakan negatif.
Meski jumlah pasien yang sembuh terus bertambah, jumlah kasus positif juga setali tiga uang. Data yang disampaikan Yuri, saat ini angka pasien yang dinyatakan positif bertambah sebanyak 316 orang. Sehingga, secara kumulatif, jumlah kasus positif COVID-19 di Indonesia mencapai 4.557 pasien.
“Yang terpaksa harus meninggal pada hari ini terhitung dari terhitung dari kemarin ada 26 orang sehingga totalnya menjadi 399 orang,” ungkap dia.
Kematian pasien akibat COVID-19 ini, kata Yurianto, tidak begitu saja terjadi akibat virus tersebut. Dia mengatakan, kematian dalam kasus corona biasanya terjadi karena pasien telah memiliki penyakit bawaan yang sudah diderita. Selain itu, penyakit ini juga lebih rentan menyerang orang tua di atas 50 tahun.
“Sebagian besar yang meninggal ini terutama pada kelompok usia di atas 50 tahun dan memiliki penyakit komorbid, penyakit sebelumnya. Diantaranya, penyakit tekanan darah tinggi menahun, kencing manis menahun, serta penyakit paru-paru kronis seperti asma, bronkitis dan TBC,” jelas dia.
Dalam konferensi pers tersebut, Yurianto juga kembali menekankan pentingnya tetap berada di rumah terutama bagi masyarakat di wilayah yang sudah disetujui pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Menurutnya, membatasi diri untuk tidak berpergian jika tak ada keperluan adalah hal yang penting dilakukan. Mengingat, virus corona bisa menjangkiti siapapun dan gejala klinis yang ditimbulkan bisa saja sangat ringan dan bahkan tidak bergejala.
“Gambaran pada orang tanpa gejala sudah pasti tidak akan ada keluhan apa-apa. Padahal, di dalam tubuhnya sudah ada virus. ... Apabila ini kemudian mengenai para lansia, para orang tua yang disertai penyakit bawaan ini akan menjadi memburuk dan berkontribusi terhadap penyebab kematian,” jelas Yurianto.
“Kalau memang ada sesuatu yang penting, tidak bisa ditinggalkan dan harus keluar rumah gunakan masker dan batasi di luar rumah, " imbuhnya.
Berkaitan dalam percepatan penanganan kasus COVID-19, Yuri juga memaparkan saat ini sudah ada lebih dari 78 laboratorium yang diaktifkan untuk mendeteksi virus tersebut di seluruh Indonesia. "Artinya, bahwa akses untuk layanan pemeriksaan PCR real time sudah merata di seluruh wilayah tanah air," katanya.
Diketahui, Presiden Joko Widodo sudah meminta agar tes Polymerase Chain Reaction (PCR) dilakukan lebih banyak dari sebelumnya. Mengingat, saat ini sudah ada alat yang baru didatangkan oleh Kementerian BUMN.
Jika sepanjang penyebaran COVID-19 baru ada 26.500 sampel yang dilakukan dengan metode tersebut, kini, dengan adanya 18 alat yang baru, dia memprediksi akan makin banyak sampel yang dites.
"Saya ingin agar setiap hari, paling tidak kita bs mengetes paling tidak 10 ribu sampel. Oleh sebab itu, saya sangat menghargai pengadaan 18 buah alat tes PCR cepat yang dilakukan oleh Kementerian BUMN yang kemudian alat itu sudah bisa diinstal," kata Jokowi sebelum pelaksanaan rapat terbatas.
Sedangkan terkait permintaan tersebut, Ketua Gugus Percepatan Penanganan COVID-19, Doni Monardo menyatakan 18 unit PCR yang didatangkan oleh BUMN tentu siap mengetes sembilan ribu sampel setiap harinya.
Sedangkan reagen untuk tes tersebut, hingga saat ini masih pihaknya masih mengupayakan. Termasuk untuk mengantisipasi gelombang puncak penyebaran COVID-19 di Indonesia yang diperkirakan akan terjadi sekitar lima hingga enam minggu mendatang.
"Gugus tugas juga sudah menerima dari swasta yang kerjasama dengan BUMN dan dapat dukungan dari Menteri Kesehatan untuk memanfaatkan pihak di Beijing Institute yang akan memback-up peningkatan PCR di negara kita," ujar Doni.