Bagikan:

JAKARTA - Pemerintah Filipina mengirimkan dua protes diplomatik baru terhadap China, terkait dengan masih adanya sejumlah kapal-kapal yang disebut mengancam dengan berkumpul di daerah-daerah yang diperebutkan di Laut China Selatan, Jumat 23 April. 

Selama beberapa waktu terakhir, Filipina terus menyuarakan keberatannya akan kehadiran ratusan kapal China di Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) sepanjang 200 mil, menguji hubungan antara dua negara yang telah berusaha untuk memulihkan perpecahan bersejarah mereka.

Kementerian Luar Negeri Filipina mengatakan, para pejabat maritim telah mengamati kehadiran dan aktivitas tidak sah yang terus berlanjut, dari 160 kapal penangkap ikan dan milisi China di sekitar Kepulauan Spratly yang disengketakan dan Beting Scarborough, pada 20 April. Lima kapal penjaga pantai Tiongkok juga terlihat di sekitar area tersebut.

"Keberadaan kapal-kapal China yang terus mengerumuni dan mengancam, menciptakan suasana ketidakstabilan dan secara terang-terangan mengabaikan komitmen China, untuk mempromosikan perdamaian dan stabilitas di kawasan itu," kata Kementerian Luar Negeri Filipina seperti melansir Reuters, Jumat 23 April.

Itu terjadi ketika Filipina mengumumkan peningkatan kehadiran kapalnya di ZEE-nya. Di bawah hukum internasional, kapal asing diizinkan untuk berlayar melalui ZEE suatu negara. Baca selengkapnya

Diplomat China membantah bahwa milisi berada di atas kapal tersebut. Sementara, Kedutaan Besar China di Manila tidak segera menanggapi permintaan komentar pada Hari Jumat tentang protes baru.

kapal filipina
Armada kapal perang Filipina. (Wikimedia Commons/Mass Communication Specialist 2nd Class Mark R. Alvarez)

Sebelumnya, Presiden Filipina Rodrigo Duterte menegaskan siap mengirim kapal perang ke Laut China Selatan, untuk mempertahankan klaim wilayah, serta klaim sumber daya minyak dan mineral yang ada di kawasan tersebut.

Pernyataan Duterte ini dikeluarkan lantaran Manila gerah dengan ulah China di Laut China Selatan. Langkah ini diambil sekaligus menjawab kritik yang diarahkan kepadanya.

Kritikus menilai, Duterte lunak terhadap Beijing dan enggan mendorong Negeri Tirai Bambu untuk mematuhi keputusan arbitrase. Duterte menegaskan, publik tidak perlu ragu akan ketegasannya mengenai hak dan kedaulatan Filipina di Laut China Selatan.  

"Saya tidak begitu tertarik sekarang pada menangkap ikan. Saya tidak berpikir ada cukup ikan untuk diperdebatkan. Tapi ketika kita mulai menambang, ketika kita mulai mendapatkan apa pun yang ada di perut Laut China Selatan, minyak kita, pada saat itu saya akan mengirim kapal abu-abu (kapal perang) saya ke sana untuk mengajukan klaim," kata Duterte dalam pidato publik Senin larut malam waktu setempat.

Untuk diketahui, China mengklaim hampir seluruh Laut China Selatan, jalur lalu lintas perdagangan internasional dengan nilai mencapai 3 triliun dolar Amerika Serikat per tahun. 

Pengadilan arbitrase internasional pada tahun 2016 membatalkan klaim ekspansif China, yang didasarkan pada petanya sendiri. Selain Filipina, ada Brunei, Malaysia, Taiwan dan Vietnam juga memiliki klaim yang bersaing atas berbagai pulau dan fitur.