JAKARTA - Segala ketidakpastian dalam situasi pandemi di Indonesia mulai mendampaki kehidupan banyak masyarakat, terutama mereka yang bergantung pada penghidupan di sektor nonformal. Namun, di sisi lain, ketidakpastian juga menggerakkan kelompok masyarakat lain yang lebih berdaya.
Seperti yang dilakukan warga Pulau Pari, Kepulauan Seribu, Jakarta, misalnya. Kamis, 9 April, warga yang tergabung dalam Forum Peduli Pulau Pari (FP3) "memecah celengan bersama" untuk membeli sembako yang kemudian mereka bagikan kepada 416 kepala keluarga se-Pulau Pari.
Ketua FP3, Mustofa Beno mengungkapkan, aksi “memecah celengan bersama" didasari kepedulian mereka melihat COVID-19 yang dari sebulan lalu mewabah di Jakarta, kini mulai berdampak terhadap penurunan pendapatan warga Pulau Pari. Terang saja, di Pulau Pari, sektor pariwisata adalah tulang punggung perekonomian warga.
Mustofa Beno, perwakilan FP3 menjelaskan, uang sumbangan yang bertotal Rp42 juta itu berasal dari dana para pendatang yang datang ke Pulau Pari tahun lalu. “Dana ini berasal dari pemberian Rp1.000 per wisatawan yang datang ke PUlau Pari pada tahun 2019 yang lalu," kata Beno kepada VOI, 9 April.
"Dana tersebut dikumpulkan dan dikelola oleh Assosiasi Wisata Bahari Pulau Pari untuk kemudian dijadikan sembako,” tambah dia.
Menurut Beno, pencairan tabungan bersama ini merupakan salah satu opsi untuk meringankan beban warga Pulau Pari. Apalagi, selama empat minggu belakanga, Pulau Pari sudah tidak menerima kunjungan wisatawan menyusul larangan warga luar berkunjung ke wilayah Pulau Seribu.
Sebelum COVID-19
Hal ini sungguh jauh berbeda saat COVID-19 belum mewabah. Dahulu, hampir setiap minggunya terdapat sekitar 900 sampai 2.500 orang wisatawan yang datang berkunjung.
Lantas, dengan diterpa badai COVID-19 kehidupan warga Pulau Pari menjadi sulit. Belum lagi hasil tangkapan nelayan juga turun drastis.
“Kalaupun ada hasil tangkapan, tidak ada yang membeli dan pelelangan ikan mulai tutup,” tutur Beno.
BACA JUGA:
Sebagai wujud solidaritas sesama, aksi warga Pulau Pari patut diapresiasi. Walau dalam kesukaran, mereka tetap membantu sesama. Bagaimana cara mereka mengelola pendapatan bersama juga penting dilihat wilayah-wilayah lain yang hidup dari sektor pariwisata.
Namun, di luar segala aksi solidaritas ini, pemerintah tetap harus bergerak menunaikan amanat untuk menghidupi rakyat di tengah pandemi ini.