Bagikan:

JAKARTA - Pengamat politik Adi Prayitno menilai kemunculan koalisi poros Partai Islam bisa menjadi kekuatan kemenangan pada Pemilu 2024. 

Bahkan tak hanya PKS dan PPP yang membuka wacana tersebut, parpol Islam seperti PKB dan PBB pun juga menyambut baik.

“Ini tentu kabar baik, bisa menjadi reinkarnasi kekuatan poros Islam seperti pada 1999 waktu menjadikan Gus Dur sebagai presiden," ujar Adi, Jumat, 16 April.

Menurut Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia itu, koalisi poros Islam menjadi momentum mengkonsolidasi pemilih muslim yang ceruk suaranya besar. Sekaligus penyadaran kekuatan politik parpol-parpol Islam.

Meski demikian, menurutnya, wacana tersebut belum dipastikan berjalan mulus, terlebih dalam mengusung calon presiden. Sebab, perbedaan ideologis antar-partai Islam akan menjadi masalah jika mementingkan ego masing-masing.

"Problemnya poros Islam itu sering kali retak di tengah jalan karena beberapa faktor. Pertama ego sektoral, kedua ideologi yang berbeda, ketiga tidak adanya figur kunci yang merekatkan mereka. Semua partai Islam mengaku bahwa merekalah yang kemudian dinilai punya kader terbaik untuk diusung jadi capres. Ini sering kali membuat mereka layu,” jelasnya.

Faktor lain, sambung Adi, yakni irisan ideologi Islam yang berbeda. "Harus diakui bahwa pemilih PKB, PKS, bahkan pemilih PAN sering enggak akur hanya persoalan qunut, tahlil nggak tahlil, atau ke kuburan atau tidak. Ini menjadi psikologi politik yang kerap dikatakan bahwa partai Islam sulit bersatu,” kata Adi.

Kendati demikian, peluang poros koalisi partai Islam sangat besar untuk menang apabila terealisasi. Syaratnya, harus betul-betul bersatu dengan mengesampingkan ego sektoral.

“Jadi poros Islam ini harus punya semangat bersatu, atas nama politik dan logika, tanpa itu semua poros Islam hanya sebatas wacana dan tidak akan nyata," tandasnya.