Tak Cukup hanya Vaksin COVID-19, Ahli Ungkap Kemungkinan Perlunya Vaksin Flu Tahunan
Ilustrasi vaksin COVID-19. (Wikimedia Commons/Ministerio de Defensa del Perú)

Bagikan:

JAKARTA - Amerika Serikat sedang mempersiapkan kemungkinan untuk memberikan suntikan penguat, bagi masyarakat yang telah menerima vaksin COVID-19. Jarak antara vaksinasi dengan pemberian suntikan penguat ini antara 9 hingga 12 bulan. 

Kepala Sains untuk Gugus Tugas Tanggap COVID-19 bentukan Presiden Joe Biden, David Kessler mengatakan, saat durasai kekebalan setelah vaksinasi masih dilejari, vaksin penguat mungkin diperlukan. 

"Pemikiran saat ini adalah mereka yang lebih rentan, harus menerima (penguat) terlebih dulu," katanya, melansir Reuters Jumat 16 April. 

Sementara itu, Kepala Eksekutif Pfizer Inc., Albert Bourla mengatakan orang-orang kemungkinan akan membutuhkan dosis penguat ketiga dari vaksin COVID-19 dalam 12 bulan. Dan mungkin memerlukan suntikan tahunan, seperti dilaporkan CNBC.

Data awal menunjukkan, vaksin dari Moderna Inc., Pfizer Inc (PFE.N) bersama BioNTech SE mempertahankan sebagian besar keefektifannya setidaknya selama enam bulan, meskipun untuk berapa lama lagi belum ditentukan.

Bahkan jika perlindungan itu bertahan jauh lebih lama dari enam bulan, para ahli mengatakan varian virus corona yang menyebar dengan cepat dan lainnya yang mungkin muncul, dapat menyebabkan perlunya suntikan penguat rutin yang mirip dengan suntikan flu tahunan.

Terpisah, Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat Rochelle Walensky mengungkapkan dan sidang Subkomite House, Amerika Serikat juga melacak infeksi pada orang yang telah divaksinasi penuh.

"Dari 77 juta orang yang divaksinasi di Amerika Serikat, ada 5.800 infeksi usai vaksinasi, termasuk 396 orang yang membutuhkan rawat inap dan 74 orang yang meninggal," kata Walensky

Ditambahkan olehnya, beberapa dari infeksi ini terjadi karena orang yang divaksinasi tidak meningkatkan respon imun yang kuat. Tetapi kekhawatirannya adalah, dalam beberapa kasus infeksi ulang terjadi karena varian virus yang lebih menular.

Awal bulan ini, Pfizer dan mitranya BioNTech mengatakan, vaksin mereka sekitar 91 persen efektif dalam mencegah COVID-19, mengutip data uji coba terbaru yang mencakup lebih dari 12.000 orang yang diinokulasi penuh selama setidaknya enam bulan.