Bagikan:

JAKARTA - Menteri Pertahanan Israel Katz mengancam Hamas dengan "serangan dengan kekuatan yang belum pernah terlihat di Gaza selama ini", jika kelompok militan Palestina itu tidak membebaskan para sandera yang telah ditawannya selama 14 bulan terakhir dan tidak menghentikan tembakan roket ke Israel.

"Jika Hamas tidak segera mengizinkan pembebasan para sandera Israel dari Gaza, meskipun Israel bersedia membuat kompromi yang luas sesuai dengan prinsip-prinsip yang digariskan oleh Presiden Amerika Serikat, dan terus menembaki komunitas Israel, maka Hamas akan menghadapi serangan dengan kekuatan yang belum pernah terlihat di Gaza selama ini," kata Menhan Katz saat berkunjung ke Kota, Netivot, dilansir dari The Times of Israel 2 Januari.

Pada tengah malam tadi, Hamas meluncurkan dua roket ke Netivot, yang tidak menimbulkan kerusakan atau cedera.

"IDF (militer Israel) akan mengintensifkan kegiatannya terhadap sarang-sarang teror di Gaza hingga para sandera dibebaskan dan Hamas disingkirkan," tegas Katz.

"Saya menyerukan kepada penduduk Gaza untuk bangkit melawan organisasi pembunuh Hamas, yang juga menggunakan Anda sebagai tameng manusia, dan untuk membebaskan para sandera, untuk mencegah penderitaan dan mengakhiri perang," tambahnya.

Diketahui, konflik terbaru di Gaza pecah usai kelompok militan Palestina yang dipimpin Hamas menyerang wilayah selatan Israel, menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera 250 lainnya, menurut perhitungan Israel.

Terpisah, sumber-sumber medis mengonfirmasi pada Hari Rabu, jumlah korban tewas Palestina sejak konflik terbaru di Gaza pecah telah mencapai 45.553 jiwa, sedangkan korban luka-luka mencapai 108.379 orang, dengan mayoritas korban adalah anak-anak dan perempuan, dikutip dari WAFA.

Bulan lalu, Hamas dan Israel semakin dekat dengan kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran sandera-tahanan, saat mediator yang terdiri dari AS, Mesir dan Qatar terus melakukan upaya mewujudkan gencatan senjata dua tahap.

Belakangan, belum ada kejelasan dari perundingan terbaru di Qatar sebelum Natal lalu. Hamas menyoroti Israel yang terus memberikan syarat-syarat baru sehingga menunda tercapainya kesepakatan.