JAKARTA - Jumlah korban tewas di Palestina terus bertambah, seiring dengan serangan yang dilakukan saat Tahun Baru, saat konflik terbaru di wilayah kantong itu berlangsung selama 15 bulan.
Militer Israel terus menyerang wilayah utara Gaza pada Hari Rabu, kata petugas medis, meminta penduduk di bagian tengah wilayah kantong Palestina itu mengungsi dari daerah tempat yang dituduh digunakan militan menembakkan roket.
Serangan udara di Shejaia, pinggiran Kota Gaza, menewaskan sedikitnya delapan warga Palestina, menurut layanan darurat setempat, dikutip dari Reuters 2 Januari.
Tidak ada komentar langsung dari militer Israel, dan tidak jelas siapa yang tewas dalam serangan itu.
Sementara di al-Buriej, militer Israel mengatakan telah menyerang seorang militan yang beroperasi di daerah tempat roket telah ditembakkan ke Israel pada hari sebelumnya.
Sebelum serangan tersebut, juru bicara berbahasa Arab militer telah memerintahkan orang-orang untuk meninggalkan daerah tersebut.
Israel melanjutkan serangan genosidanya dengan mengabaikan sepenuhnya keputusan Mahkamah Internasional (ICJ), yang memerintahkan Israel dalam keputusan yang mengikat secara hukum untuk menghentikan serangan militernya di Rafah, yang dapat melanggar kewajibannya berdasarkan Konvensi Genosida, dikutip dari WAFA.
Sebagian besar wilayah di sekitar kota-kota utara Beit Hanoun, Jabalia, dan Beit Lahiya telah dibersihkan dari penduduk dan dihancurkan, memicu spekulasi, yang dibantah Israel, mereka bermaksud untuk mempertahankan wilayah tersebut sebagai zona penyangga setelah pertempuran di Gaza berakhir.
Israel mengatakan operasi militernya yang telah berlangsung hampir tiga bulan di Gaza utara ditujukan untuk mencegah militan Hamas berkumpul kembali.
Instruksinya kepada warga sipil untuk mengungsi dimaksudkan untuk menjauhkan mereka dari bahaya, kata militer.
BACA JUGA:
Terpisah, sumber-sumber medis mengonfirmasi pada Hari Rabu, jumlah korban tewas Palestina sejak konflik terbaru di Gaza pecah telah mencapai 45.553 jiwa, sedangkan korban luka-luka mencapai 108.379 orang, dengan mayoritas korban adalah anak-anak dan perempuan.
Selain itu, sedikitnya 10.000 orang tidak diketahui keberadaannya, diduga tewas di bawah reruntuhan rumah mereka di seluruh Jalur Gaza.
Agresi Israel juga mengakibatkan pemindahan paksa hampir dua juta orang dari seluruh Jalur Gaza, dengan sebagian besar pengungsi dipaksa ke Kota Rafah yang padat penduduk di selatan dekat perbatasan dengan Mesir – dalam apa yang telah menjadi eksodus massal terbesar Palestina sejak Nakba 1948.