Bagikan:

JAKARTA - Penjabat Presiden Korea Selatan Choi Sang-mok pada Hari Senin memerintahkan pemeriksaan keselamatan darurat terhadap seluruh sistem operasi maskapai penerbangan negara itu, setelah tragedi kecelakaan udara paling mematikan di Negeri Ginseng yang dialami Jeju Air.

Maskapai penerbangan Jeju Air dengan nomor penerbangan 7C2216 dan registrasi HL8088 dari Bandara Internasional Suvarnabhumi, Thailand mengalami kecelakaan maut saat mendarat di Bandara Internasional Muan, Korea Selatan pada 29 Desember.

Pesawat Boeing 737-800 yang mengangkut 175 penumpang dan enam awak dalam penerbangan itu berubah menjadi bola api setelah melakukan pendaratan darurat dan menghantam dinding. Hanya dua awak pesawat yang selamat, dari peristiwa itu.

Dalam rapat manajemen bencana di Seoul Penjabat Presiden Choi mengatakan, prioritas utama saat ini adalah mengidentifikasi para korban, mendukung keluarga mereka dan merawat kedua korban yang selamat.

"Bahkan sebelum hasil akhir keluar, kami meminta agar para pejabat secara transparan mengungkapkan proses investigasi kecelakaan dan segera memberi tahu keluarga yang ditinggalkan," katanya, melansir Reuters 30 Desember.

"Begitu pemulihan kecelakaan dilakukan, Kementerian Perhubungan diminta untuk melakukan inspeksi keselamatan darurat terhadap seluruh sistem operasi pesawat guna mencegah terulangnya kecelakaan pesawat," katanya.

Sementara itu, Kementerian Perhubungan mengatakan pihak berwenang sedang mempertimbangkan apakah akan melakukan inspeksi khusus terhadap seluruh 101 pesawat Boeing 737-800 yang dioperasikan oleh maskapai penerbangan Korea Selatan.

Terpisah, penyelidik sedang memeriksa tabrakan burung dan kondisi cuaca sebagai kemungkinan faktor dalam kecelakaan tersebut, kata petugas pemadam kebakaran.

Para ahli mengatakan masih banyak pertanyaan, termasuk mengapa pesawat yang ditenagai oleh dua mesin CFM 56-7B26 itu tampak melaju begitu cepat dan mengapa roda pendaratannya tidak tampak turun saat tergelincir di landasan pacu dan menabrak dinding.

Pada Hari Senin, pejabat kementerian transportasi mengatakan saat pilot melakukan pendekatan terjadwal, mereka memberi tahu kontrol lalu lintas udara pesawat telah mengalami tabrakan burung, tak lama setelah menara kontrol memberi mereka peringatan burung terlihat di sekitarnya.

Pilot kemudian melakukan panggilan "mayday" dan mengisyaratkan niat mereka untuk berputar sesaat sebelum pesawat jatuh di landasan pacu dan mendarat dengan badan pesawat, menabrak sebuah bangunan di ujung landasan pacu.

Pejabat sedang menyelidiki peran apa yang dimainkan di ujung landasan pacu untuk membantu pendaratan, dalam kecelakaan itu, termasuk tanggul tempat pesawat itu berdiri, pejabat kementerian transportasi mengatakan pada jumpa pers.

Mayoritas korban tewas kecelakaan tersebut adalah warga Korea Selatan. Dua korban lainnya adalah warga negara Thailand.

Penyelidik juga tengah mencoba mengidentifikasi beberapa korban terakhir yang tersisa, sementara keluarga yang berduka menunggu di dalam terminal Bandara Muan.

Pihak kementerian transportasi mengatakan perekam data penerbangan tersebut telah ditemukan, tetapi tampaknya mengalami beberapa kerusakan di bagian luar dan belum jelas apakah datanya cukup utuh untuk dianalisis.

Diketahui, Bandara Internasional Muan tetap ditutup hingga Rabu mendatang. Namun, bandara internasional dan regional lainnya di negara itu, termasuk Bandara Internasional Incheon utama beroperasi sesuai jadwal.

Berdasarkan peraturan penerbangan global, Korea Selatan akan memimpin penyelidikan sipil atas kecelakaan tersebut dan secara otomatis melibatkan Badan Keselamatan Transportasi Nasional (NTSB) di Amerika Serikat, tempat pesawat tersebut dirancang dan dibangun.

NTSB mengatakan, mereka memimpin tim penyelidik AS untuk membantu otoritas penerbangan Korea Selatan. Boeing dan Administrasi Penerbangan Federal (FAA) juga ikut ambil bagian.