Jimly Asshiddiqie Dinilai Cocok Jadi Mendikbud Ristek
Jimly Asshiddiqie (DOK ANTARA)

Bagikan:

JAKARTA - Pengamat politik Ray Rangkuti menilai Nadiem Makarim bakal kerepotan memimpin dua kementerian sekaligus yakni Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementerian Riset dan Teknologi bila dilebur.

"Nadiem saya kira akan kerepotan kalau sampai ngurus juga masalah terkait riset. Mungkin kalau Kemendikbud masih bisa ditangani, tapi kalau risetnya gimana? Karena ini bukan kerjaan yang bisa dilakukan dengan sambil lalu," ujar Ray kepada VOI, Rabu, 15 April.

Ray mengaku terkejut dengan rencana Presiden Jokowi menggabungkan Kemendikbud dan Kemenristek. Sebab, riset seharusnya menjadi fokus tersendiri.

"Saya kira kalau kita ingin menciptakan sebuah negara yang berbasis riset itu enggak bisa dianggap sebagai kerjaan sambil lalu. Makanya saya pribadi terkejut kenapa menteri riset yang justru dilikuidasi oleh Pak Jokowi," katanya. 

Menyaring usulan yang beredar, Ray menilai ada satu sosok yang cocok memimpin Kementerian Dikbud dan Ristek yakni mantan Ketua Mahkamah Konstitusi, Jimly Asshiddiqie.

"Saya kira figur Nadiem tidak cukup memadai untuk dua jabatan ini sekaligus atau mungkin butuh figur lain. Kemarin di diskusi yang diselenggarakan salah satu kanal YouTube ada yang usul Jimly sebagai salah satu figur dimunculkan. Saya setuju jika figur Jimly, justru terbayang dia cocok untuk menempati posisi kalau Kemenristek dan Kemendikbud digabung," terangnya.

Menurut Ray, Jimly memiliki pengalaman dan track record yang mumpuni memimpin suatu kementerian. Selain ketua MK, Jimly juga pernah menjadi anggota Dewan Pertimbangan Presiden. Dia pun juga seorang Guru Besar di Universitas Indonesia.

"Kita semua kenal lah kapasitas Jimly. Dari kepemimpinannya, dari track record punya kecendrungan. Karena itu, betul juga ada baiknya Jimly dilirik mengisi pos baru dalam hal ini menteri Dikbud dan Riset," kata Ray Rangkuti.