Bagikan:

JAKARTA - Pemerintah Austria pada Hari Jumat mengumumkan akan menawarkan "bonus pulang kampung" sebesar 1.000 euro (Rp16.811.000) kepada pengungsi Suriah untuk kembali ke negara asal mereka setelah jatuhnya Presiden Bashar al-Assad.

Kanselir Konservatif Karl Nehammer bereaksi cepat terhadap penggulingan Presiden Assad pada Hari Minggu lalu, dengan mengatakan pada hari yang sama situasi keamanan di Suriah harus dinilai ulang sehingga memungkinkan deportasi pengungsi Suriah.

Mendeportasi orang-orang yang tidak mereka inginkan tidak mungkin dilakukan, sampai menjadi lebih jelas arah yang diambil Suriah.

Untuk saat ini, Pemerintah Austria mengatakan akan fokus pada deportasi sukarela. Pemerintah juga telah menghentikan pemrosesan permohonan suaka warga Suriah, seperti yang telah dilakukan lebih dari selusin negara Eropa.

"Austria akan mendukung warga Suriah yang ingin kembali ke negara asal mereka dengan bonus kepulangan sebesar 1.000 euro. Negara ini sekarang membutuhkan warga negaranya untuk dibangun kembali," kata Kanselir Nehammer dalam sebuah unggahan berbahasa Inggris di X, melansir Reuters 13 Desember.

Seperti banyak kaum konservatif di Eropa, Kanselir Nehammer mendapat tekanan dari kelompok paling kanan, dengan kedua kelompok itu sering kali tampak berusaha saling mengalahkan dalam kebijakan imigrasi yang kedengarannya keras.

Diketahui, warga Suriah adalah kelompok pencari suaka terbesar di Austria, negara anggota Uni Eropa.

Berapa banyak warga Suriah yang akan menerima tawaran itu masih harus dilihat.

Dengan maskapai nasional Austrian Airlines yang telah menangguhkan penerbangan ke Timur Tengah karena situasi keamanan, bonus Austria mungkin bahkan tidak sepenuhnya mencakup perjalanan.

Tiket sekali jalan kelas ekonomi dalam waktu satu bulan ke Beirut, titik awal umum bagi mereka yang menuju Damaskus melalui darat, saat ini harganya setidaknya 1.066,10 euro dengan menggunakan Turkish Airlines, menurut situs web perusahaan tersebut.