JAKARTA - Utusan khusus PBB untuk Suriah mengatakan negara-negara Eropa tidak boleh terburu-buru memulangkan pengungsi ke negara itu setelah jatuhnya pemerintahan Bashar al-Assad.
PBB mendesak pihak asing, termasuk Israel, untuk tidak melakukan intervensi secara militer.
Suriah masih berada dalam kekacauan tiga hari setelah penggulingan Assad, dengan konflik terus berlanjut di timur laut. Sementara Israel melakukan pengeboman terhadap sasaran serta memperluas zona penyangga di dalam negara tersebut.
“Situasi di Suriah masih berubah-ubah,” kata Geir Pedersen pada konferensi pers di markas besar PBB di Jenewa dilansir Reuters, Selasa, 10 Desember.
Meskipun banyak warga Suriah yang ingin kembali ke kampung halaman, menurutnya masih ada tantangan dalam mencari nafkah. Situasi kemanusiaan sangat memprihatinkan.
Berita jatuhnya Assad mendorong para politikus di beberapa negara Eropa menyerukan penghentian sementara pemrosesan permohonan suaka atau bahkan pemulangan pengungsi dari konflik selama 13 tahun.
BACA JUGA:
“(Kepulangan) adalah sesuatu yang diharapkan oleh banyak warga Suriah, tapi mari kita pastikan komunitas internasional membantu mereka dalam proses ini,” katanya.
Kampanye Israel yang membombardir instalasi militer di Suriah – sesuatu yang dianggap penting bagi keamanannya – “perlu dihentikan”, kata Pedersen.
“Sangat penting bahwa kita tidak melihat tindakan apa pun dari aktor internasional mana pun yang menghancurkan kemungkinan terjadinya transformasi di Suriah,” katanya kepada wartawan.