JAKARTA - Di kamp pengungsian penuh sesak orang di Gaza, Ayman Siam meletakkan balok beton di sekeliling tenda agar keluarganya tetap kering terhindar dari terpaan hujan deras yang bisa menambah penderitaan mereka di tengah ancaman serangan udara, penyakit dan kelaparan.
“Saya berusaha melindungi tenda saya dari air hujan karena kami memperkirakan hujan akan lebat. Tiga hari lalu saat hujan turun, kami basah kuyup,” kata Siam, berusaha melindungi anak-anak dan cucu-cucunya dari terpaaan hujan, Rabu 27 November, dikutip dari AFP.
Musim hujan tanpa mengetuk pintu telah memasuki wilayah Gaza Palestina. Tak terkecuali di Stadion olahraga Yarmouk di Gaza utara, tempat Siam, keluarganya dan warga Gaza yang terusir dari rumah mengungsi akibat invasi militer Israel tak berkesudahan.
Siam tinggal sementara di salah satu dari padatnya tenda tipis yang didirikan pengungsi di stadion tersebut. Lokasi yang tak lagi laik disebut arena olahraga dengan pemandangan lapangan bak ladang lumpur dipenuhi genangan air akibat hujan. Sementara sejumlah barang-barang hanyut di sekitarnya.
Para pengungsi di stadion menggali parit kecil di sekeliling tenda mereka, menutupinya dengan lembaran plastik, dan melakukan apa pun demi menghentikan air memasuki bivak masing-masing.
Yang lain menggunakan sekop untuk mengarahkan air ke saluran pembuangan, karena langit terus mendung belakangan berpotensi tinggi hujan deras lagi.
Mayoritas dari 2,4 juta penduduk Gaza memang telah dipaksa mengungsi. Mereka sering kali berpindah kamp pengungsian seiring militer Israel yang terus melakukan serangan.
Dengan banyaknya pengungsi yang tinggal di tenda-tenda kamp pengungsian, musim dingin di depan mata memunculkan kekhawatiran serius.
Mahmud Bassal, juru bicara badan pertahanan sipil Gaza, mengatakan bahwa "puluhan ribu orang yang mengungsi, terutama di bagian tengah dan selatan Jalur Gaza, menderita akibat hujan membuat tenda-tenda mereka kebanjiran."
Ia pun berharap masyarakat internasional terus mengulurkan tangan terutama menyediakan tenda dan bantuan.
Sementara Organisasi bantuan internasional telah menerbitkan peringatan tentang situasi yang berpotensi memburuk dialami penduduk Gaza yang mengungsi saat musim dingin mendekat.
"Ini akan menjadi bencana besar," kata Louise Wateridge, seorang petugas darurat untuk badan PBB untuk pengungsi Palestina atau UNRWA yang saat ini berada di Gaza.
BACA JUGA:
Musim hujan di Gaza diperkirakan terjadi dari akhir Oktober 2024 hingga April 2025, dengan Januari 2025 menjadi bulan terbasah mengingat curah hujan rata-rata 30 hingga 40 milimeter. Suhu berpotensi turun hingga 6 derajat Celsius. Di tengah cuaca ekstrem itu, hujan baru-baru ini membanjiri ratusan tenda pengungsi
"Hujan dan air laut membanjiri semua tenda. Kami tidak berdaya. Air menyapu semua isi tenda, termasuk kasur, selimut, dan kendi air. Kami hanya bisa mendapatkan kasur dan selimut untuk anak-anak,” kata Auni Al-Sabea, seorang pengungsi.