Berada di Zona Nyaman Tak Buat Padusi Minang Hanya Berpangku Tangan
Ilustrasi/Rumah gadang di Solok Selatan Sumbar (ANTARA)

Bagikan:

JAKARTA - Suku Minang atau Minangkabau di Sumatera Barat menganut keturunan matrilineal atau garis keturunan yang berasal dari pihak ibu. Maka hampir semua anak yang terlahir mengikuti suku ibunya.  

Sistem matrilineal juga membuat sistem pewarisan harta menjadi berbeda. Jika biasanya laki-laki mendapat bagian harta waris yang paling banyak, maka tidak dengan penganut matrilineal. Ahli waris perempuan yang akan mendapat bagian paling banyak, yakni anak perempuan dan cucu perempuan. 

Pembina Minang Diaspora Network Global (MDN-G) Fasli Jalal mengatakan meskipun memiliki kedudukan lebih tinggi dan mendapat harta pusako namun tidak membuat padusi atau perempuan Minang berpangku tangan di zona nyamannya. 

"Ini membuat memang perempuan-perempuan Minang dalam zona nyaman. Ternyata d itengah kenyamanan tadi, lahir tokoh-tokoh perempuan Minang yang luar biasa itu adalah Siti Manggopoh," tuturnya dalam diskusi virtual, Sabtu, 10 April. 

Tak kalah dengan generasi dulu, kata Fasli, padusi Minang saat ini pun banyak yang berhasil. Mulai dari yang menjadi menteri hingga berhasil dalam mempimpin perusahaan. 

"Lalu bagaimana dengan generasi pengganti? Hari ini kita lihat betapa luar biasanya juga generasi pengganti dari senior-senior tersebut. Jadi orang perempuan Minang walaupun di zona kenyamanannya dengan berbagai perlindungan dari mamak, dari harta pusako tinggi dan seterusnya tetap tidak berhenti untuk berkarir," tuturnya. 

Salah satunya adalah Nurhayati Subakat. Ia adalah pendiri sekaligus komisaris utama PT Paragon Technologi and Innovation. Perempuan keturunan Minang ini mengatakan ada lima hal yang harus diperhatikan ketika menjadi seorang pemimpin perempuan.

"Kepemimpinan perempuan, harus sensitif pada lingkungan, sangat peduli, keinginan untuk berbuat sesuatu, tidak cepat mengerah dan fokus terhadap tujuan. Ini memang kelebihan dari perempuan," katanya. 

Pemilik brand Wardah Cosmetics ini mengatakan dalam memimpin perusahaan, dia selalu bergerak dengan hati. Artinya mengedepankan nilai ketuhanan. Kemudian, juga mengedepankan kepedulian dengan menggerakkan pikiran atau kerendahan hati dan inovasi. 

"Di perusahaan kami yaitu pertama ketuhanan, kepedulian, kerendahan hati, ketangguhan dan inovasi. Saya kira lima value ini, di Minang ini sudah biasa seperti ini," jelasnya. 

Menurut Nurhayati, lima nilai inti tersebut yang membantu Paragon menjadi perusahaan yang bermanfaat, bertumbuh dan berkelanjutan dengan bermakna dalam setiap prosesnya. 

"Saya memulai dari home industry dengan dua karyawan sekarang sudah menjadi industri lokal yang terbesar di Indonesia dengan 20 hektare pabriknya, kemudian distribusi center-nya sudah 41. Salah satunya di Malaysia," katanya.

Terkait