JAKARTA - Wakil Sekretaris Jenderal Hizbullah Sheikh Naim Qassem terpilih jadi Pemimpin Hizbullah baru menggantikan Hasan Nasrallah yang tewas dalam serangan Israel di Beirut selatan pada 27 September.
Mengutip Al Jazeera, Qassem adalah pejabat senior selama lebih dari 30 tahun di Hizbullah.
Ia lahir di Beirut pada 1953. Aktif dalam politik saat masuk dalam Gerakan Amal Syiah Lebanon yang dibangun pada 1974.
Namun Qassem meninggalkan kelompok tersebut pada 1979 setelah Revolusi Islam Iran, gerakan yang membentuk pemikiran politik banyak aktivis muda Syiah di Lebanon kala itu.
Saat invasi Israel ke Lebanon dimulai pada 1982, Korps Garda Revolusi Islam Iran meresponsnya dengan menggelar pertemuan yang juga diikuti Qassem. Pertemuan itu menjadi cikal bakal lahirnya Hizbullah.
Hizbullah akhirnya terbentuk dan mampu tampil dalam Pemilu 1992 di Lebanon. Di momen kontestasi politik itu, Qassem didapuk sebagai koordinator umum kampanye pemilihan parlemen Hizbullah.
BACA JUGA:
Qassem kini berusia 71 tahun, telah menjadi wakil sekretaris jenderal Hizbullah sejak 1991.
Ia juga salah satu juru bicara utama Hizbullah, yang acap kali melakukan wawancara dengan media asing, terutama saat serangan lintas batas dengan Israel berkecamuk selama setahun terakhir.
Saat Nasrallah tewas, Qassem telah menyampaikan tiga pidato dalam bahasa Arab yang lebih formal di televisi.
Dalam pidatonya yang disiarkan televisi pada 8 Oktober, Reuters melaporkan, Qassem menyatakan konflik antara Hizbullah dengan Israel adalah perang tentang siapa yang menangis lebih dulu.
Qassem menegaskan Hizbullah tidak akan meneteskan air mata terlebih dahulu.
Namun, Qassem mendukung sekutunya Ketua Parlemen Lebanon Nabih Berri yang menjanjikan serangan Hizbullah terhadap Israel dihentikan dengan syarat terjadinya gencatan senjata di Gaza, Palestina.