Bagikan:

JAKARTA - Hizbullah sedang bersiap menghadapi perang yang berkepanjangan di Lebanon selatan, setelah Israel melenyapakn para pemimpin puncaknya, dengan komando militer baru yang mengarahkan tembakan roket dan konflik darat.

Hizbullah melemah setelah tiga minggu serangan Israel yang menghancurkan – terutama pembunuhan pemimpinnya Sayyed Hassan Nasrallah.

Kelompok yang didukung Iran ini masih memiliki persediaan senjata yang cukup besar, termasuk rudal presisi paling kuat yang belum digunakan, kata empat sumber yang mengetahui operasi kelompok tersebut dilansir Reuters, Jumat, 11 Oktober.

Tapi gelombang serangan udara diklain Israel sangat menguras persenjataan Hizbullah.

Komando Hizbullah terganggu selama beberapa hari pertama setelah pembunuhan Nasrallah pada 27 September hingga militan Syiah mendirikan “ruang operasi” baru 72 jam kemudian, kata kedua sumber – seorang komandan lapangan Hizbullah dan sumber yang dekat dengan kelompok tersebut – kepada Reuters.

Nasrallah terbunuh, bersama dengan para pemimpin Hizbullah lainnya dan seorang komandan Iran, ketika Israel menemukan dan mengebom bunkernya di bawah Beirut.

Pusat komando baru tersebut tetap berfungsi meskipun terjadi serangan Israel berikutnya, yang berarti para pejuang di selatan dapat menembakkan roket dan berperang sesuai dengan perintah yang dikeluarkan dari pusat, menurut sumber.

Avraham Levine, seorang analis di lembaga pemikir Israel Alma, mengatakan Hizbullah mungkin "siap dan menunggu" kedatangan pasukan Israel dan mereka bukanlah sasaran empuk.

“Fakta bahwa rantai komando telah rusak tidak menghilangkan kemampuan untuk menembak komunitas Israel atau mencoba menyerang pasukan Israel,” kata Levine kepada Reuters, sambil menggambarkan Hizbullah sebagai tentara teror yang sama kuatnya seperti yang kita semua kenal.

Para pejuang memiliki fleksibilitas untuk melaksanakan perintah sesuai dengan kemampuan garis depan.

Komando baru tersebut digambarkan sebagai “lingkaran sempit” yang bersentuhan langsung dengan lapangan. Jarang sekali seorang komandan lapangan Hizbullah berbicara kepada media internasional.

Levine mengatakan komando baru tersebut beroperasi dengan sangat rahasia dan tidak memberikan rincian lebih lanjut tentang komunikasi atau strukturnya.

Hizbullah belum menunjuk pemimpin baru setelah Nasrallah, dan kemungkinan besar penerusnya juga terbunuh. Wakil pemimpin kelompok Syiah Sheikh Naim Qassem mengatakan pekan ini dirinya mendukung upaya gencatan senjata, namun mengatakan kemampuan kelompok tersebut masih utuh.

Sumber lain yang mengetahui operasi Hizbullah mengatakan jaringan telepon tetap milik kelompok itu “penting” untuk komunikasi saat ini. Sumber mengatakan jaringan tersebut selamat dari serangan terhadap komunikasi kelompok tersebut pada bulan September.