Bagikan:

JAKARTA - Rapid Support Forces (RSF), paramiliter Sudan, menewaskan sedikitnya 124 orang di sebuah desa Negara Bagian El Gezira pada Jumat, 25 Oktober 2024.

Menurut laporan Reuters dari para aktivis, insiden terbaru terbilang memakan paling banyak korban dalam perang selama 18 bulan dan terbesar di negara bagian tersebut.

Setelah perwira tinggi RSF, Abuagla Keikal, menyerah kepada Sudanese Armed Forces (SAF) minggu lalu, aktivis pro-demokrasi mengatakan RSF telah melakukan serangan balas dendam di negara bagian pertanian tersebut.

Serangan balas dendam tersebut menewaskan dan menahan warga sipil sekaligus mengungsikan ribuan orang.

Gezira telah menghadapi amukan selama berbulan-bulan di mana penduduk mengatakan kepada Reuters bahwa RSF menjarah rumah-rumah, membunuh banyak warga sipil, dan mengungsikan ratusan ribu orang.

Desa Al-Sireha, di bagian utara negara bagian tersebut, mengalami kekerasan terburuk baru-baru ini ketika sedikitnya 124 orang tewas dan 100 orang terluka dalam serangan RSF menurut Komite Perlawanan Wad Madani, sebuah kelompok pro-demokrasi, pada Sabtu, 26 Oktober 2024.

Dalam sebuah pernyataan pada Jumat, 25 Oktober 2024, RSF menuduh tentara SAF mempersenjatai warga sipil di Gezira dan menggunakan pasukan di bawah komando Keikal, yang memicu serangan tersebut.

Sementara itu, RSF telah menguasai sebagian besar wilayah Sudan dalam konflik dengan tentara SAF. Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa, hal itu telah menyebabkan salah satu krisis kemanusiaan terburuk di dunia.

Perang tersebut telah menyebabkan lebih dari 11 juta orang mengungsi, menyebabkan sebagian wilayah negara tersebut mengalami kelaparan atau paceklik ekstrem, dan menarik kekuatan asing yang telah memberikan dukungan material kepada kedua belah pihak.

Perang itu dimulai pada April 2023 ketika ketegangan antara RSF dan tentara SAF, yang sebelumnya berbagi kekuasaan, meletus menjadi konflik terbuka pada saat Sudan seharusnya beralih ke pemerintahan sipil setelah kudeta 2021.

"Milisi RSF menyerbu Gezira timur, barat, dan tengah, dan melakukan pembantaian besar-besaran di satu desa ke satu desa," kata komite tersebut.

Gambar-gambar di media sosial yang dibagikan oleh komite tersebut dan lainnya konon menunjukkan puluhan jenazah dibungkus untuk dimakamkan dan kuburan massal sedang digali.

"Masyarakat Gezira menghadapi genosida oleh RSF dan mustahil untuk merawat yang terluka atau bahkan mengevakuasi mereka untuk perawatan."

"Mereka yang pergi dengan berjalan kaki telah meninggal atau menghadapi kematian," kata Persatuan Dokter Sudan.

Sebuah video beredar di media sosial konon menunjukkan seorang tentara RSF yang mengatakan dia berada di Sireha. Dalam video itu pasukan RSF terlihat menodongkan senjata kepada deretan laki-laki dari segala usia, menggunakan julukan rasial, dan memaksa mereka mengembik seperti kambing.

Unit Pemberantasan Kekerasan terhadap Perempuan Sudan, sebuah badan pemerintah, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka telah menerima laporan tentang tentara RSF yang memerkosa wanita di desa Gezira.

Insiden keji tersebut merupakan taktik untuk mempermalukan para pria dan mengusir orang-orang dari daerah tersebut.

Pembelotan Keikal terjadi saat tentara SAF kembali melancarkan serangan untuk merebut kembali wilayah di seluruh negeri.

Jenderal tentara SAF, Abdel Fattah al-Burhan, mengunggah di X pada Jumat, 25 Oktober 2024, malam waktu setempat bahwa ketika semakin banyak darah warga sipil tertumpah, tekad rakyat Sudan untuk melawan RSF semakin kuat.

Namun, komentarnya disambut dengan gelombang kritik bahwa tentara SAF tidak melindungi warga sipil di Gezira atau di tempat lain.

Sementara itu, RSF dituduh oleh Amerika Serikat dan negara-negara lain atas kejahatan perang, kejahatan terhadap kemanusiaan, dan pembersihan etnis, khususnya di Darfur Barat.

Militer SAF juga dituduh melakukan kejahatan perang setelah melancarkan serangan udara besar-besaran yang sering mengakibatkan tingginya jumlah korban sipil, tetapi tidak banyak membantu RSF untuk mundur.

"Kami memantau serangan RSF terbaru yang mengejutkan terhadap warga sipil di Gezira. Pembunuhan dan kekerasan seksual itu tercela," kata Utusan Khusus AS untuk Sudan, Tom Perriello, di X.