Bagikan:

JAKARTA - Badan-badan PBB mengatakan, anak-anak di Gaza meninggal karena kesakitan lantaran kurangnya perawatan darurat akibat otoritas Israel yang semakin sedikit menyetujui evakuasi medis setelah penutupan penyeberangan Rafah.

Sebelumnya, hampir 300 anak dievakuasi setiap bulan, jumlah itu kini turun menjadi kurang dari satu per hari, dengan otoritas menunggu persetujuan keamanan dari otoritas Israel yang mengawasi pintu keluar dari Gaza dengan sia-sia, kata James Elder dari UNICEF dalam pengarahan PBB di Jenewa.

"Akibatnya, anak-anak di Gaza meninggal, bukan hanya karena bom dan peluru serta granat yang mengenai mereka," katanya, melansir Reuters 25 Oktober.

"Bahkan ketika keajaiban terjadi, bahkan ketika bom meledak dan rumah-rumah runtuh dan korban bertambah tetapi anak-anak selamat, mereka kemudian dicegah meninggalkan Gaza untuk perawatan medis mendesak yang dapat menyelamatkan hidup mereka," tambahnya.

Kantor berita WAFA melaporkan, korban tewas Palestina sejak konflik terbaru pecah di Gaza pada 7 Oktober 2023 telah mencapai 42.874 jiwa dan 100.544 lainnya luka-luka, mayoritas adalah anak-anak dan perempuan.

Terpisah, pihak berwenang Israel tidak mengatakan kapan permohonan evakuasi medis ditolak, dan tidak ada penjelasan yang diberikan mengenai keputusan yang diambil.