Bagikan:

JAKARTA - Lebih dari 10.000 orang di Haiti telah mengungsi secara internal dalam seminggu terakhir karena geng-geng bersenjata yang beroperasi di dalam dan sekitar ibu kota Port-au-Prince meningkatkan serangan di daerah-daerah yang belum mereka kuasai, menurut perkiraan badan migrasi PBB pada Hari Kamis.

Badan tersebut mengatakan pada awal September, lebih dari 700.000 orang mengungsi secara internal di seluruh negara Karibia tersebut, hampir dua kali lipat dari angka enam bulan sebelumnya, melansir Reuters 25 Oktober.

Geng-geng dalam seminggu terakhir telah meningkatkan serangan di sejumlah kota di luar ibu kota, di mana sebagian besar kota dan pinggirannya berada di bawah kendali berbagai kelompok bersenjata yang bersatu di bawah aliansi bersama yang dikenal sebagai Viv Ansanm.

Konflik tersebut memicu kelaparan tingkat kelaparan di sebagian penduduk karena geng-geng mengambil alih lahan pertanian dan memblokir rute transportasi. Sementara, orang-orang yang terpaksa meninggalkan rumah mereka, sering kali untuk menampung keluarga atau kamp-kamp darurat, tidak dapat lagi bergantung pada pendapatan tetap untuk membeli makanan.

Meski PBB mengesahkan pasukan internasional untuk membantu polisi Haiti mengambil alih kendali dari geng-geng, misi tersebut kekurangan sumber daya dan dampaknya belum signifikan.

Pemimpin Haiti telah meminta pasukan tersebut diubah menjadi misi penjaga perdamaian formal untuk menopang sumber daya, inisiatif yang ditolak bulan lalu oleh Tiongkok dan Rusia.

Geng-geng yang sebelumnya menargetkan polisi nasional, kelompok-kelompok pembela diri sipil, dan infrastruktur negara juga mulai menargetkan kendaraan asing.

Kedutaan Besar Amerika Serikat di Haiti mengatakan kepada Reuters, dua kendaraan lapis bajanya telah menjadi sasaran tembakan geng pada Hari Senin. Salah satu kendaraan terkena beberapa tembakan, meskipun tidak ada yang terluka atau cedera.

Sebuah helikopter PBB dengan identitas jelas yang membawa 18 orang di dalamnya juga terkena tembakan pada Hari Kamis saat terbang di atas Port-au-Prince, Program Pangan Dunia (WFP) PBB mengatakan dalam sebuah pernyataan kepada Reuters.

Tidak ada yang terluka dan helikopter mendarat dengan selamat, menurut WFP.