JAKARTA - Indonesia ingin bergabung dengan BRICS untuk mengangkat kepentingan bersama negara-negara berkembang atau Global South, namun di sisi lain tetap melanjutkan diskusi dengan negara maju, menjalankan peran penting sebagai bridge builder.
Keinginan untuk bergabung dengan BRICS disampaikan dalam KTT BRICS Plus yang digelar di Kazan, Rusia. Menteri Luar Negeri Sugiono hadir mewakili Presiden RI Prabowo Subianto sebagai Utusan Khusus.
Lewat BRICS, Indonesia ingin mengangkat kepentingan bersama negara-negara berkembang atau Global South.
"Kita lihat BRICS dapat menjadi kendaraan yang tepat untuk membahas dan memajukan kepentingan bersama Global South," jelas Menlu Sugiono, dalam keterangan Kementerian Luar Negeri RI, Jumat 25 Oktober.
"Namun, kita juga melanjutkan keterlibatan atau engagement kita di forum-forum lain, sekaligus juga terus melanjutkan diskusi dengan negara maju," lanjutnya.
Contoh konkret keberlanjutan ini, antara lain, "Bulan depan Bapak Presiden akan mengikuti KTT G20 di Rio de Janeiro, Brasil, sementara saya juga diundang menghadiri pertemuan Tingkat Menlu kelompok negara maju G7 expanded session di Fiuggi, Italia," urai Menlu RI.
Dikatakan, hal ini menegaskan peran penting Indonesia sebagai bridge builder atau jembatan antara negara berkembang dan negara maju.
Dalam kesempatan tersebut, Menlu Sugiono juga menyampaikan beberapa langkah konkret untuk memperkuat kerja sama BRICS dan Global South.
Pertama, menegakkan hak atas pembangunan berkelanjutan, di mana negara-negara berkembang membutuhkan ruang kebijakan, sementara negara maju harus memenuhi komitmen mereka.
Kedua, mendukung reformasi sistem multilateral agar lebih inklusif, representatif dan sesuai dengan realitas saat ini. Institusi internasional harus diperkuat dan memiliki sumber daya yang memadai untuk memenuhi mandatnya.
Terakhir adalah menjadi kekuatan untuk persatuan dan solidaritas di antara negara-negara Global South. BRICS dirasa dapat berfungsi sebagai perekat untuk mempererat kerja sama di antara negara-negara berkembang.
Dengan disampaikannya keinginan ini, Indonesia memulai proses untuk menjadi anggota blok tersebut.
"Bergabungnya Indonesia ke BRICS merupakan pengejawantahan politik luar negeri bebas aktif," kata Menlu Sugiono.
"Bukan berarti kita ikut kubu tertentu, melainkan kita berpartisipasi aktif di semua forum," lanjutnya.
BACA JUGA:
Di sela-sela gelaran KTT kali ini, Menlu RI juga melakukan sejumlah pertemuan bilateral seperti dengan Menlu Rusia Sergey Lavrov, Sekjen PLO Palestina, Menlu RRT, India dan Thailand.
Menlu RI juga melakukan pertemuan bilateral dengan Menteri Ekonomi Malaysia dan Presiden New Development Bank. Selain itu, Menlu RI melakukan pembicaraan perkenalan via telepon dengan Menlu
Singapura dan Kamboja.