Bagikan:

JAKARTA - Menteri Luar Negeri (Menlu) Sugiono menyebut banyak hal yang diperjuangkan oleh BRICS sejalan dengan apa yang diperjuangkan pula oleh Indonesia.

Hal tersebut, kata dia, sebagaimana yang didapatinya saat menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS Plus di Kazan, Rusia, akhir Oktober lalu.

"Kami melihat selama KTT berlangsung bahwa sebenarnya apa yang diperjuangkan di BRICS ini banyak yang sejalan dengan apa yang kita perjuangkan," kata Sugiono saat rapat kerja bersama Komisi I DPR dilansir ANTARA, Senin, 2 Desember.

Selain suatu sistem multilateral yang lebih inklusif, dia menyebut bahwa BRICS kerap menyuarakan pula isu yang kerap disuarakan oleh Indonesia di dunia internasional, misalnya menyangkut kemerdekaan Palestina.

Menlu menilai BRICS merupakan suatu media yang akan bisa dimanfaatkan Indonesia sebagai kendaraan tepat dalam membahas dan memajukan kepentingan bersama negara-negara berkembang.

"Ini juga merupakan suatu implementasi dari politik luar negeri kita yang independen dan aktif," ucapnya.

Meski demikian, Sugiono menegaskan masuknya Indonesia ke BRICS tidak dapat diartikan sebagai berpihaknya Indonesia terhadap satu kekuatan atau blok tertentu.

"Namun lebih kepada menjadi bridge builder, menjadi pihak yang justru bisa menjadi penengah jika ada kepentingan-kepentingan yang saling bertolak belakang," ujarnya.

Di sisi lain, Menlu tak menampik adanya masukan untuk meninjau kembali niat Indonesia menjadi anggota BRICS.

Namun, Menlu menekankan Indonesia tetap pada posisi hendak bergabung BRICS sebab mempunyai kebebasan sebagai negara berdaulat untuk menentukan dengan siapa bekerjasama demi kepentingan nasional RI.

"Kita masih (akan bergabung). Belum, belum ada perubahan. Sekali lagi, kalau misalnya itu merupakan sesuatu yang sifatnya mengancam kepentingan nasional, kita bisa saja melihat kembali seperti apa," kata Sugiono.