JAKARTA - Menteri Luar Negeri Antony Blinken menegaskan pada Hari Kamis, Amerika Serikat tidak ingin tindakan Israel di Lebanon menyebabkan operasi yang berlarut-larut, lebih dari sebulan sejak Israel memulai serangan besar terhadap Hizbullah di negara itu.
Israel melancarkan serangan ke Lebanon yang diklaim bertujuan untuk mengamankan kepulangan puluhan ribu warga Israel yang dievakuasi di Israel utara, akibat saling serang lintas batas dengan kelompok militan Hizbullah.
Selama bulan lalu, Israel telah menggempur Lebanon selatan, pinggiran selatan Beirut, dan Lembah Bekaa serta mengirim pasukan darat ke daerah-daerah dekat perbatasan.
"Ketika Israel melakukan operasi untuk menghilangkan ancaman terhadap Israel dan rakyatnya di sepanjang perbatasan dengan Lebanon, kami telah sangat jelas bahwa ini tidak dapat menyebabkan, dan tidak boleh menyebabkan, kampanye yang berlarut-larut," kata Menlu Blinken di Doha, Qatar, melansir Reuters 24 Oktober.
"Israel harus mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menghindari korban sipil dan tidak membahayakan pasukan penjaga perdamaian PBB atau angkatan bersenjata Lebanon," tambahnya.
Kampanye Israel telah menewaskan lebih dari 2.500 orang, membuat lebih dari 1 juta orang mengungsi, dan menimbulkan krisis kemanusiaan, kata Lebanon.
BACA JUGA:
Sebelumnya pada Hari Kamis, serangan Israel menewaskan tiga tentara Lebanon saat mereka mencoba mengevakuasi orang-orang yang terluka dari desa Yater di dekat perbatasan, kata tentara Lebanon.
Menlu Blinken mengatakan, Amerika Serikat "bekerja keras" untuk mencapai resolusi diplomatik yang akan memungkinkan warga sipil di kedua sisi perbatasan untuk kembali ke rumah mereka.
Diketahui, Hizbullah melepaskan tembakan pada 8 Oktober 2023, sebagai bentuk solidaritas dengan sekutu Palestina di Gaza, memicu konflik yang sebagian besar terjadi di wilayah di atau dekat perbatasan hingga Israel melancarkan eskalasi besar-besaran.