JAKARTA - Anggota DPRD Jakarta dari Fraksi PDI Perjuangan (PDIP), Hardiyanto Kenneth bersama Ketua Animal Defender Indonesia, Doni Hendaru Tona inspeksi mendadak (sidak) Pusat Pelayanan Kesehatan Hewan (Puskeswan) Ragunan, Jakarta Selatan (Jaksel).
Dalam kunjungan pada Sabtu 19 Oktober tersebut, pria yang akrab disapa Bang Kent itu disambut langsung Plt Puskeswan, drh. Hasudungan Sidabalok.
Kent lantas menemukan beberapa catatan untuk Puskeswan sebagai bahan evaluasi. Pasalnya, sebagai pusat pelayanan kesehatan hewan bagi masyarakat yang diberikan oleh pemprov DKJ, Puskeswan harus tampil prima dan mampu memberikan pelayanan terbaik.
"Beberapa temuan kami jadikan acuan apakah sudah ada pembenahan sejak saat itu. Beberapa hal yang menjadi temuan saya di lapangan dan perlu diberikan catatan," kata Kent dalam keterangannya, Senin 21 Oktober.
Kent dan Animal Defender Indo kemudian memberikan catatan kepada Puskeswan, sebagai berikut:
1. Kondisi kucing di shelter dan taman di sana mayoritas kurus, jauh di bawah ambang batas. Setelah diamati, ternyata pakan yang diberikan adalah catfood dicampur nasi basah. Tanpa ada tambahan lain. Perlu dicatat, bahwa kucing tidak dapat mencerna karbohidrat, sehingga tidak ada nutrisi yang bisa diserap.
2. Anjing dalam area shelter (sepertinya sitaan atau hasil evakuasi/TL, karena bukan di area observasi) kurus kering. Dari 11 anjing yang ada di area ini, hanya 1 yang kondisinya mendekati body score normal. Tulang menonjol, mata belekan, tampak loyo dan lunglai. Kuat dugaan mereka terkena parasit darah, yang kalo tidak tepat penanganan, akan berakibat maut segera.
3. Area observasi monyet kasus gigitan, sudah baik.
4. Pemberian pakan anjing juga tampak tanpa nutrisi yang cukup. Campuran dogfood dengan nasi plus kuah, kami coba cium tanpa aroma daging. Sehingga anjing pun tanpa nafsu makan memakannya, dan nutrisinya tidak dapat mencukupi kebutuhan.
5. Tidak tampak upaya pengobatan pada anjing-anjing di area shelter/belakang yang kurus-kurus ini. Tampak beberapa caplak hinggap di badan anjing-anjing ini. Yang kita tau, vector penyebar parasit darah yang mematikan itu adalah kutu.
6. Kebersihan baik.
7. Kesiapan petugas baik.
"Yang menjadi pertanyaan berikutnya, apakah Puskeswan mampu memberikan perawatan yang layak pada hewan-hewan ini? Atau malah hanya menjadi tempat tunggu maut menjemput?" ketus Ketua IKAL PPRA LXII Lemhannas RI itu.
BACA JUGA:
Kent pun berharap besar agar perbaikan terjadi di Puskeswan dan Plt Kepala Puskeswan Hasudungan berkomitmen untuk menghadirkan perubahan.
"Plt Puskeswan Pak Hasudungan menjanjikan akan ada perubahan fisik kucing-kucing yang kurus saat kunjungan kemarin, dalam 1 bulan. Maka pada tanggal 17 November nanti, Kami akan mengecek kembali kondisi aktual kucing-kucing di Puskeswan ini," bebernya.
Kent juga berharap kepada Pak Pramono Anung Wibowo jika terpilih menjadi Gubernur Jakarta harus mampu membenahi sektor pelayanan kesehatan hewan, agar bisa menjadi acuan nasional secara utuh dan ideal.
"Bahwa perlu ada monitoring dari dokter hewan senior pilihan tim independen, untuk melakukan pengawasan pada Puskeswan. Jadi, Puskeswan tidak menetapkan standarnya sendiri dalam melakukan pelayanan dan perawatan, tapi mengadopsi pola standar yang diakui bersama," tutur Kepala Badan Penanggulangan Bencana (BAGUNA) DPD PDIP Jakarta itu.
Lalu pada sisi sarana prasarana, Kent menilai kondisi mess di area Puskeswan memprihatinkan untuk ditinggali para karyawan.
"Kondisinya terlihat sangat tidak layak dan berbahaya untuk ditinggali. Atap plafon mau rubuh di sana sini, triplek sudah mengelupas dan menjuntai mewarnai hampir setiap mess di sana. Lalu area belakang Puskeswan, ditumbuhi ilalang dan tampak tak terawat. Area ini sejatinya harus diberdayakan segera, agar bisa membantu kinerja Puskeswan. Area ini dari dulu dijanjikan akan dibangun, namun hingga sekarang tidak ada realisasi," sambungnya.
Kata Kent, Plt Kepala Puskeswan Hasudungan Sidabalok yang baru menjabat pada 1 Oktober 2024 masih meraba-raba apa saja permasalahan yang ada sekaligus bagaimana cara memecahkannya.
"Dan Hasil diskusi kemarin, dari target Pendapatan retribusi yang diberikan pada Puskeswan, tidak pernah ada masalah, dan malah mencapai lebih dari 100 persen. Namun, sepertinya, anggaran untuk melakukan pemeliharaan hewan-hewan dengan baik di sana, antara tidak tepat sasaran, kurang, atau tidak dianggap penting," lanjut Kent.
Oleh karena itu, Kent dan Animal Defender Indonesia memberikan rekomendasi kepada Puskeswan agar segera memperbaiki kualitas makanan anjing dan kucing, termasuk membenahi pola pemeliharaan serta perawatan hewan, termasuk pemberian suplemen, dan pengobatan.
"Dan juga perubahan karantina kucing agar tidak stressful bagi mereka, pembenahan area belakang agar lebih rapi dan fungsional. Lalu bekerjasama dengan komunitas, untuk menggelar adoption day sehingga anjing kucing di Puskeswan tidak menumpuk, serta kontrol keluar masuk hewan, dan jika terjadi kematian, harus benar-benar transparan. berapa jumlah kematian, penyebab kematian. Agar bisa dicari penyebab dan dilakukan pembenahan/perbaikan," tutur Kent.
Kent juga meminta kepada Gubernur Jakarta yang terpilih nanti agar bisa membuat tim untuk melakukan pengawasan terhadap Puskeswan di Jakarta.
"Adanya tim gubernur yang mengawasi khusus hal-hal seperti ini, dan memberikan rekomendasi langsung ke gubernur agar tidak terulang terus hal-hal seperti ini," pungkasnya.