Bagikan:

JAKARTA - Kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan, tidak ada yang berubah dalam posisi dan keputusan Jerman terkait Ukraina setelah Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky secara terbuka menyampaikan rencananya untuk menyelesaikan konflik.

"Anda tahu posisi Jerman terkait isu-isu yang dibahas di sini. Tidak akan ada yang berubah," kata Kanselir Scholz saat tiba di KTT Uni Eropa, melansir TASS 17 Oktober.

"Namun, saya ingin mengatakan dengan sangat jelas yang terpenting adalah, kita bersolidaritas dan membahas apa yang mungkin. Fokusnya adalah mengalokasikan dana agar Ukraina dapat mempertahankan dirinya sendiri," kata kanselir.

"Jika tidak, ada isu-isu strategis yang perlu dibahas. Anda tahu keputusan apa yang telah saya buat, dan tidak akan ada yang berubah," Kanselir Scholz meyakinkan.

Lebih lanjut Kanseli Scholz mengklaim "Ukraina dapat mengandalkan" negara-negara Uni Eropa. Ia mengingat keputusan untuk mengalokasikan pinjaman ke Kyiv sebesar 35 miliar euro dari pendapatan yang bersumber pada aset Rusia yang dibekukan.

"Ini dijamin dari sudut pandang fiskal. Jelas Eropa turut menyumbang, jika negara lain ikut serta, dan semuanya tampak seperti ini, maka ini akan menjadi jumlah yang besar secara keseluruhan," kata Kanselir Scholz.

"Ini adalah sinyal penting, sinyal yang jelas bagi Ukraina tentang solidaritas," lanjutnya.

Pada saat yang sama, menurutnya, ini adalah sinyal bagi Moskow bahwa dukungan bagi sekutu Kyiv tidak akan melemah.

Sebelumnya, Presiden Zelensky pada tanggal 16 Oktober menyampaikan "rencananya" untuk mengakhiri konflik. Itut mencakup permintaan untuk undangan langsung ke NATO, pengalihan bantuan militer baru ke Ukraina, serangan jarak jauh jauh ke Rusia, dan penggunaan perisai udara Eropa untuk melindungi wilayah Ukraina.

Rencana tersebut juga menyiratkan pembentukan "paket pencegahan strategis non-nuklir" di wilayah Ukraina dan pemulihan Ukraina pascakonflik dengan dukungan negara-negara Barat. Rencana tersebut mencakup lampiran rahasia yang hanya disampaikan kepada negara-negara NATO dengan potensi militer yang signifikan.