Bagikan:

JAKARTA - Mantan Kepala Badan Intelijen Strategis (Kabais) TNI Soleman Ponto mengaku tidak heran dengan kejadian aksi teror di mana pelaku dapat menembus kawasan Markas Besar Polri, Jakarta Selatan.

Sebab, kata Soleman, keamanan di kantor polisi selayaknya hotel yang dapat dimasuki oleh masyarakat yang ingin mendapat pelayanan publik.

"Bagi saya kantor polisi itu tidak lebih seperti hotel, karena mereka harus melayani masyarakat. Siapapun yang datang dia layani, ketika dilayani itu adalah teroris, ya nasib dia yang sial," kata Soelman dalam diskusi Crosscheck, Minggu, 4 April.

Dengan adanya aksi teror beberapa waktu lalu, Soleman menyebut petugas mesti harus lebih waspada dengan setiap individu yang masuk ke kantornya. Namun, bukan berarti kantor polisi membatasi akses dari masyarakat.

"Berbuatlah terbaik utnuk melayani masyarakat, kalau itu teroris, ya nasib. Jangan sampai gara-gara ini, polisi jadi jauh dari masyarakat. Memang, polisi itu melayani masyarakat. Tadi tidak mungkin dia tidak melayani publik. Jadi, risikonya ya seperti itu," ujar Soleman.

Lain halnya dengan kondisi Markas Besar TNI. Menurut Soleman, jika Mabes TNI sampai dibobol oleh serangan teror, hal itu baru mengherankan karena pengamannya lebih ketat. 

"Kantor polisi tidak akan sekeras mabes TNI. Kalau Mabes TNI tembus, itu baru luar biasa," tuturnya.

Diberitakan sebelumnya, aksi teror yang terjadi di Mabes Polri Jakarta itu dilakukan oleh terduga teroris berinisial ZA. Perempuan berusia 25 tahun itu masuk ke Mabes Polri sekitar pukul 16.30 WIB.

Saat itu, dia berpura-pura bertanya mengenai posisi kantor Pos. Setelahnya dia kembali ke pos penjagaan. Tak berapa lama, ZA melepaskan enam tembakan ke arah petugas sebelum akhirnya dilumpuhkan.

Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menyebut ZA berideologi ISIS. Hal ini diketahui dari postingan terakhirnya di akun Instagram miliknya.

"Yang bersangkutan ini adalah tersangka atau pelaku lone wolf berideologi ISIS. Yang bersangkutan dengan postingan yang bersangkutan di sosial media," kata Jenderal Listyo Sigit kepada wartawan, Rabu, 31 Maret.

Dari penelusuran akun Instagram ZA, ditemukan postingan bendera ISIS. "Yang bersangkutan memiliki Instagram baru dibuat atau pun diposting 21 jam lalu, di mana di dalamnya ada bendera ISIS dan ada tulisan bagaimana perjuangan jihad," sambungnya.