Bagikan:

JAKARTA - Mantan Kepala Badan Intelijen Strategis (Kabais) TNI Laksda (Purn) Soleman Ponto mengatakan kapal selam dibentuk untuk beroperasi dengan senyap di bawah laut. 

Karena itu, perawatan kapal selam harus betul-betul diperhatikan. Sehingga, saat digunakan dalam keadaan yang prima. Sebab jika tidak dampaknya akan sangat fatal.

"Kapal selam ini juga harus ada dalam kondisi atau situasi yang prima setiap saat dia mau menyelam. Itu sudah mutlak, kita tidak bisa main-main. Kalau kapal atas air main-main ya dia ngapung-ngapung. Tapi kapal selam begitu dia menyelam, dia hilang kontak itu sudah bingung nyarinya di mana karena dia didesain untuk menghilang," tuturnya dalam diskusi virtual, Minggu, 25 April.

Karena itu, kata Ponto, faktor tersebut membuat KRI Nanggala-402 yang dinyatakan hilang sejak Rabu, 21 April hingga Minggu 25 April, sulit untuk ditemukan.

"Jadi untuk mencarinya kalau dia sudah hilang sulitnya bukan main," katanya.

Menurut Ponto, ketika kapal mulai menyelam, tidak ada laporan lagi yang bakal disampaikan. Deteksi keberadaan posisi kapal juga dihilangkan. Laporan hanya disampaikan pada jam tertentu.

"(Kapal selam) melaporkan diri lagi biasanya kalau di Angkatan Laut (AL) itu jam delapan pagi dan jam delapan malam dia laporan," jelasnya.

Sementara itu, kata Ponto, saat digunakan untuk latihan, waktu untuk melaporkan posisi kapal juga harus disepakati terlebih dahulu.

Dalam kesempatan yang sama, Pengamat militer Connie Rahakundini Bakrie juga menyampaikan sulitnya menyelamatkan awak kapal selam ketika mengalami kecelakaan di bawah laut. Faktor utamanya adalah kedalaman laut.

"Kalau pun bisa ditolong, itu susah sekali. Kapal penjemput awak itu enggak mudah menghadapi arus. Apalagi ditolong pun ada risiko arus," kata Connie.

Seperti diketahui, kapal selam buatan Jerman tersebut hendak melakukan latihan tembak torpedo kepala perang, pada Rabu 21 April. Namun, Kapal KRI Naggala-402 dinyatakan hilang kontak sejak Rabu, 21 April hingga Minggu, 25 April belum juga diketemukan.

Berdasarkan keterangannya, KRI Nanggala-402 diperkirakan hilang di perairan sekitar 60 mil atau sekitar 95 kilometer dari utara Pulau Bali, sekitar pukul 03.00 waktu setempat. Kapal selam ini membawa 53 orang yang terdiri dari 49 ABK, seorang komandan satuan, dan tiga personel senjata.

Saat ini, isyarat subsunk (tenggelam) untuk KRI Nanggala-402 dinyatakan setelah melakukan pencarian selama 72 jam.