Bagikan:

JAKARTA - Indonesia khawatir dengan perkembangan situasi di Timur Tengah, meminta Dewan Keamanan PBB untuk menggelar pertemuan khusus, guna meredakan ketegangan yang terjadi.

Langkah Israel yang awal pekan ini mengumumkan telah meluncurkan serangan darat terbatas ke wilayah Lebanon selatan, meningkatkan ketegangan dengan kelompok militan Hizbullah yang sudah berlangsung selama setahun belakangan.

Selasa malam, Iran meluncurkan seratusan rudal ke wilayah Israel, yang direspons pejabat Israel dengan janji tegas untuk membalas tindakan tersebut.

"Indonesia sangat mengkhawatirkan perkembangan terbaru yang saat ini terjadi di kawasan Timur Tengah, dan mendesak seluruh pihak untuk dapat menahan diri," kata Juru Bicara 2 Kementerian Luar Negeri RI Rolliansyah Soemirat dalam pesan singkat kepada wartawan, Rabu 2 Oktober.

Roy mengatakan, Indonesia, sebagaimana disampaikan Sekjen PBB, sangat khawatir potensi perang dengan skala yang lebih besar dapat terjadi.

"Indonesia kembali tekankan pentingnya Dewan Keamanan PBB untuk segera melakukan pertemuan khusus, guna membahas perkembangan terkini di Timur Tengah dan mengambil keputusan yang dapat segera menurunkan ketegangan di kawasan," jelasnya.

Ditambahkan olehnya, keselamatan WNI juga terus menjadi perhatian utama Pemerintah RI. ⁠Terkait hal ini, Roy mengatakan proses evakuasi WNI dari Lebanon juga sedang berlangsung.

"Seluruh Kedutaan Besar RI di kawasan juga terus melakukan koordinasi dan terus melakukan komunikasi dengan seluruh WNI di wilayahnya masing-masing," pungkas Roy.

Diketahui, situasi di perbatasan Lebanon dan serangan rudal Iran ke Israel meningkatkan kekhawatiran akan meningkatnya eskalasi di Timur Tengah dan memperluas konflik di kawasan tersebut.

PM Israel Benjamin Netanyahu tegas memperingatkan peluncuran 181 rudal balistik oleh Iran merupakan kesalahan besar dan tidak akan membiarkannya.

Sekjen PBB Antonio Guterres mengutuk apa yang disebutnya sebagai eskalasi demi eskalasi yang terus terjadi.

"Ini harus dihentikan. Kita benar-benar membutuhkan gencatan senjata," katanya, dikutip dari Reuters.