JAKARTA – Suhendri alias Hendri, warga Pesanggrahan, Jakarta Selatan yang mengaku diculik sekelompok orang di Myanmar, diduga melakukan persekongkolan dengan pelaku untuk mendapatkan uang dari keluarganya. Pihak keluarga Hendri saat ditanya mengenai hal tersebut, tidak menampiknya.
Yohana, pihak keluarga Hendri, mengakui telah mengirimkan uang Rp5,5 juta setelah ada permintaan. Kata Yohana, nominal tersebut terkirim dalam waktu yang berbeda.
“Pertama 4 juta, tapi aku lupa tanggal berapa, hari apa, karena juga sudah lumayan lama. Dua hari kemudian 1,5 juta. Dan dua hari kemudian lagi dia minta uang lagi terus,” kata Yohana saat dikonfirmasi, Rabu, 11 September.
Yohana mengakui ada sedikit kecurigaan jika keluarganya hanya dimanfaatkan. Terlebih Hendri tidak pernah mengirimkan bukti video dan foto akibat peristiwa penyekapan tersebut.
Kecurigaan semakin menguat saat pihak keluarga Hendri melapor ke Polda Metro Jaya. Kata Yohana, pihak kepolisian pernah menangani kasus serupa yang mana korban dan pelaku bekerjasama untuk mendapatkan sejumlah uang.
“Sempat sih, waktu laporan ke Polda. Polisi di Polda bilang kayak gitu. Karena dia pernah tangani kasus serupa, ternyata korban ini kerjasama dengan penculik untuk memeras keluarganya. Yang dia takutin sama kan,” ujarnya.
BACA JUGA:
“Tapi bagaimana ya, sebagai keluarga jadi serba salah. Hendri itu setiap telpon nangis-nangis,” sambungnya.
Setelah berpikir lebih jauh, Yohana yakin jika Hendri tidak akan melakukan tindakan tersebut. Sebab menurut Yohana, Hendri memiliki kepribadian yang bertanggungjawab, dan sadar orangtuanya bukan dari kalangan ekonomi ke atas.
“Anaknya tidak neko-neko (aneh-aneh). Tidak aneh-aneh. Dia tuh benar-benar tulang punggung. Bapaknya mengontrak, ojek, kayaknya mustahil. Mustahil kalau dia mau bohongin keluarganya,” pungkas Yohana.
Kasubdit Kawasan Asia Tenggara Direktorat Perlindungan WNI (PWNI) Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Rina Komaria saat dihubungi VOI, Rabu 11 September mengatakan bila pihaknya masih melakukan Upaya.
“Ya masih kita upayakan.” singkat Rina Komaria dalam pesan teks kepada VOI.